Inilah SMPN 5 Gerung

LOBAR—Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Lombok Barat (Lobar) sudah berakhir sepekan lalu. Namun terdapat dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Lobar yang sangat sepi peminatnya, bahkan tak mencapai satu kelas. Kedua sekolah itu SMPN 5 Gerung dan SMPN 5 Lingsar. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lobar pun terpaksa menambah masa pendaftaran untuk kedua sekolah tersebut.

“Dua sekolah itu memang minim peminatnya, kita coba analisa apa kendalanya,” kata Kepala Dikbud Lobar, H Nasrun yang dikonfirmasi, Senin (24/7/2023).

Di SMPN 5 Gerung hanya 20 anak yang mendaftar. Padahal dinas sudah bekerjasama dengan SMPN 1 Gerung yang tak terlalu jauh dari SMPN 5, agar siswa yang tak lolos masuk sekolah itu bisa dialihkan ke SMPN 5 Gerung.

“Jadi yang tidak diterima di sana (SMPN 1 Gerung) bisa diterima di SMPN 5 Gerung,” jelasnya.

Kondisi sama juga dialami SMPN 5 Lingsar. Jumlah siswa yang mendaftar justru tak mendekati batas minimal kelas. Hanya ada 12 orang anak yang mendaftar. Pihaknya pun sudah bekerjasama dengan tokoh masyarakat setempat untuk mengusahakan agar sekolah itu bisa memenuhi kuota minimal kelas.

“Karena untuk SD minimalnya 20 siswa satu kelas, kalau SMP itu 32 siswa kelas,” jelasnya.

Padahal kedua sekolah itu berlokasi di kawasan yang cukup padat penduduk bahkan di kawasan perkotaan seperti Gerung. Namun minimnya pendaftar di kedua sekolah itu sudah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Banyak atau kurangnya pendaftar itu dinilai Nasrun, tergantung dari kepala sekolahnya untuk membuat sekolah itu menarik, sehingga diminati. Karena hampir sekolah memiliki kelebihan yang sama.

Meski demikian, pihaknya masih diberikan kelonggaran oleh pemerintah untuk membuka gelombang kedua pendaftaran hingga tiga bulan ke depan. “Masih ada kesempatan, kita menyadarkan masyarakat setempat saja itu upaya kita,” ucapnya.

Apalah akan melakukan merger bagi sekolah minim peminat? Nasrun mengaku akan mengkaji dulu langkah itu. Sebab terdapat beberapa sekolah di pelosok yang kondisinya juga minim peminat karena jumlah penduduk di kawasan itu tak banyak. “Seperti sekolah yang ada di Nambung (perbukitan), cuma 27 warga (kepala keluarga) di sekitar sekolah itu. Sedangkan yang mampu sekolah hanya enam orang usia SD. Kita mau apakah, masa kita mau suruh orang-orang yang di bawah itu sekolah di atas, kita kaji saja,” pungkasnya. (win)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 395

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *