PRAYA – Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) dinilai “mandul”. Hal tersebut karena dinas terkait dianggap minim kreasi untuk kemajuan pariwisata. Padahal berbagai even digelar di Loteng, salah atunya balap MotoGP di Sirkuit Mandalika.

Sekertaris Mandalika Hotel Assosiation (MHA), Rata Wijaya mengatakan, harusnya ada lembaga pariwisata yang konsen pada pariwisata di Loteng. Terlebih Kepala Dispar Loteng saat ini dijabat pelaksana tugas (Plt), begitu juga Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Loteng.

“Lalu kemudian kepada siapa para pelaku pariwisata tempat bergantung?” tanya dia.

Dikatakan, tidak bisa hanya bertumlu pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB. Kenapa, karena banyak daerah yang diurus oleh pemprov. Maka kalau ingin melihat pariwisasa di Loteng maju, yang penting diaktifkan dan didahulukan adalah lembaga pariwisata.

“Kepala Dispar segera ditunjuk lah sama Bupati. Kenapa sampai saat ini masih PLT, ada apa? Atau apakah pariwisata ini sampingan atau unggulan di Loteng,” tanya dia.

Namun menururnya, ada tiadanya kepala dispar sebenarnya tidak ada perubahan signifikan. Untungnya saja ada program pemerintah pusat.

Sebagai pelaku pariwisata di Kawasan Mandalika, sampaibsaat ini ia merasakan kondisi sama saja. Tidak ada perubahan yang signifikan untuk pariwisata. Baik dengan adanya kadis maupun tidak. Apalagi dengan tidak adanya kadispar definitif.

“Saat ini MotoGP yang kelas even dunia berita sepi. Penonton sepi dan uforia tidak ada. Bahkan Mandalika festival digelar di Lombok Barat (Lobar). Syukur saja sirkuit ini ada di Loteng, kalau di Lombok Timur (Lotim) lalu bagaiamana di Loteng,” sentilnya.

Ia meyakini semua pihak bergerak. Namun saat ini masih jalan di tempat. Untuk MHA, katanya, selalu kebanjiran tamu. Untuk yang lain, ia tidak tahu.

Ia menganggap pemerintah daerah telah gagal baik dari sisi branding. Ini diukur dari informasi jumlah tiket MotoGP Mnadalika 2023 yang sudah laku ternjual masih jauh dari target.

“Kita gagal branding dengan sajian spektakuler ini, kalau kita berhasil kita bisa mengukur dari jumlah tiket yang dibeli penonton. Kita gagal sebagai tuan rumah, WSBK saja hampir dicoret karena belum jelas memetakan dapat memberikan dampak masyarakat sekitar,” cetusnya.

Dia melanjutkan, untuk kamar hotel dan penginapan di sekitar Mandalika kondisi saat ini sebagian telah penuh. Namun bagi villa yang baru dan hotel baru yang masih longgar atau masih ada kamar yang belum terpesan. Dan untuk rumah warga yang disewakan menjadi homestay juga banyak kosong.

“Even MotoGP ini untuk yang berkelas, dan malah. Maka, aneh kalau pemerintah tidak senang dengan harga tinggi, malah akan meningkatkan PAD, dan wajar pengusaha akomodasi memasang harga mahal. Perbandingan saja, sekelas hotel 150 juta per malam laku. (tim)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 334

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *