UNJUK RASA: Para siswa SMAN 1 Praya Tengah melakukan demonstrasi untuk memprotes kepada sekolah mereka, Kamis (25/5). (Foto: tangkapan layar video)

PRAYA – Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) didemo oleh para siswa karena diduga melakukan perundungan atau bullying kepada salah satu siswa inisial F.

Aksi unjuk rasa siswa yang dilakukan spontan ini dilaksanakan pada Kamis (25/5/2023). Ini sebagai bentuk dukungan mereka terhadap salah satu siswa F yang dianggap mendapatkan perilaku kurang mengenakan saat dites kemampuan numerasi oleh kepala sekolah.

“Pada tanggal 19 Mei lalu ada program literasi numerasi di sekolah, karena saya tidak berbakat di bidang matematika, saya tidak bisa melanjutkan perkalian 7. Namun kepala sekolah tetap meminta berhitung sampai selesai dan hampir ditendang, di sana saya malu harga diri saya hilang,” tutur F.

Dalam aksi demontrasi yang viral di media sosial, para siswa berteriak-teriak minta kedamaian.

Dalam aksi spontan siswa itu, kepala sekolah langsung meminta maaf jika ada perkataan atau cara yang kurang mengenakan pada diri siswa. Namun penjelasan dari kepala sekolah dan guru tidak dipedulikan oleh siswa sehingga membuat suasana kurang kondusif.

“Niat kami baik untuk mendidik bukan untuk membuli. kita juga sediakan hadiah bagi siswa yang bisa dan berani maju ke depan membawakan materi apa yang telah dibaca. Namun kejadian ini sayang disayang oleh kami karena hal sepele harus dibesar-besarkan oleh siswa,” terang Kepala SMAN 1 Praya Tengah, H Amrullah pada Radar Mandalika.

Lanjutnya, jika memang selama ia memimpin SMAN 1 Praya Tengah dituding arogan, tentu dari sejak dulu guru sudah melaporkan hal ini ke komite atau dinas.

“Saya siap dilaporkan jika saya benar melakukan salah, dan apa yang telah terjadi hari itu saya minta maaf kepada siswa,” sambungnya.

Awal mula terjadinya aksi unjuk rasa para ini, ketika kepala sekolah meminta siswa maju untuk menyampaikan hasil literasi yang telah dibaca. Namun tidak satupun dari siswa yang memberanikan diri. Jelang beberapa saat, F langsung angkat tangan dan memberanikan diri membawa materi tentang keagamaan.

Setelah selesai menyampaikan, F langsung duduk ditempat semula, tapi kepala sekolah kembali meminta dan mengetes kemampuan berhitung F dengan membaca perkalian 7. Tapi sayang, F tidak bisa menyelesaikan sampai tuntas karena tidak berbakat di hitung-hitungan.

“Kebetulan setiap hari Sabtu kita ada program Sabtu Budaya. Di program ini kita sudah jadwalkan kegiatan apa yang akan berjalan hari itu, salah satu mengetes kemampuan literasi dan numerasi siswa. Jadi tidak ada bullying yang terjadi di sekolah, masalah ini kita anggap jadi pembelajaran saja” pungkasnya.(hza)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 738

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *