Jalur masuk BIL terlihat sepi, belum lama ini.

PRAYA – Petani tembakau di Loteng yang gagal panen hingga merugi akibat tanaman tembakau diguyur hujan awal Juli tahun ini berpotensi beralih pekerjaan. Dari petani menjadi buruh di luar negeri, yaitu menjadi pekerja migran Indonesia (PMI).

Salah seorang warga, Hardiandi menjelaskan jika kegiatan menanam tembakau memang menjadi penghasilan pokok bagi para petani. Sebab di musim tanam padi petani biasanya mengumpulkan hasil panen untuk kebutuhan pokok selama satu tahun. Sedangkan modal untuk menanam dan kebutuhan lainnya diharapkan dari hasil panen tembakau, namun karena rusak harapan tersebut pupus dan petani terlilit hutang.

“Kalau padi itu disimpan untuk kebutuhan sampai panen lagi, kita hanya bisa mengandalkan hasil tembakau untuk mengembalikan biaya dan membayar hutang, tapi kemarin rusak karena air,” sebutnya.

Di tengah kebutuhan rumah tangga dan himpitan utang modal menanam tembakau, ia menyebutkan jika pekerjaan menjadi PMI adalah salah satu solusi untuk menanggulangi beban utang dan kebutuhan keluarga. Sebab jika hanya mengandalkan dari hasil pertanian di tahun berikutnya, ia menilai akan sulit sebab pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sebelum masa panen tidak ada, selain kembali berhutang.

“Kalau mengandalkan hanya dari buruh harian lepas, paling cukup untuk satu hari, sedangkan sebelum musim panen lagi waktunya panjang, kita mau makan apa?” terangnya.

Pihaknya menjelaskan jika sebelumnya juga pernah berkerja sebagai PMI. Dimana melalui berkerja di luar negeri tersebut dirinya bisa membangun rumah dan memenuhi kebutuhan keluarganya. “Tidak ada pilihan lain selain bekerja sebagai PMI, karena disini tidak ada pekerjaan tetap, jadi buruh itu hanya musiman,” terangnya.

Hal senada juga dijelaskan Jaelani. Dimana di tengah kondisi panen yang menurun akibat terdampak hujan tersebut dirinya menilai jika bekerja sebagai PMI menjadi pilihan sebab tidak memiliki resiko kerja yang terlalu tinggi. Dimana setelah bekerja bisa mendapat uang dan bisa digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga.

“Bertani ini banyak resikonya, pertama harus dikerjakan sepenuh hati, juga bergantung pada kondisi cuaca, seperti kemarin ini menyebabkan tembakau rusak,” sesalnya.

Dia juga menegaskan, pekerjaan yang ada di rumah cukup terbatas dan musiman, akibatnya kebutuhan sebelum datangnya musim tanam padi dan musim tanam tembakau tidak bisa di penuhi lantaran tidak ada pekerjaan. “Paling mudah dapat uang itu jadi TKI, kalau disini sulit bisa bangun rumah dan cukupi kebutuhan, paling bisa makan saja,” ujarnya.

Pihaknya berharap pemerintah bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi warga yang membutuhkan khususnya masyarakat kecil. Di lain sisi pihaknya juga berharap agar di berikan kemudahan untuk bisa bekerja sebagai PMI sebab sebagai warga dengan tingkat SDM hanya SMP sangat sulit mendapat pekerjaan yang memadai di wilayah kabupaten Lombok tengah.

“Kita berharap pemerintah bisa mudahkan kita untuk bekerja sebagai TKI, itu yang paling dibutuhkan,” harapnya. (ndi)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 771

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *