Tanpa Campur Tangan Pemerintah, Jepang Order Satu Kontainer
Sejak lama Irwan Mashuri seorang penjahit tas ‘Ite Mele’ asal Dusun Montong Tanggak Desa Pringgarata ini, dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Namun saat ini dia justru kebanjiran pemesan bahkan dari luar negeri. Berikut liputannya.
KHOTIM-LOMBOK TENGAH
PERJUANGAN panjang Irwan Mashuri akhirnya membuahkan hasil manis. Sekarang tas hasil tangannya itu dilirik pembisnis dari Negara maju dan berkembang. Di antaranya Arab Saudi, Malaysia, Finlandia dan Jepang.
Pria yang lahir 20 Januari 1990 silam ini awal mengaku terjun ke dunia menjahit karena berangkat dari keprihatinan dengan kondisi warga sekitar, program desa maupun pemda. Lebih khusus yang berkaitan dengan pelatihan menjahit.
Pemuda asal Dusun Montong Tanggak Desa Pringgarata ini menyampaikan, dirinya tidak ada niat mau menjelekkan pemerintah namun ia bertekat merubah kondisi ekonomi dan tumbuhnya inovasi.
“Saya hanya ingin merubah tren dan pola pikir masyarakat dan pemuda bagi yang nganggur,” tuturnya kepada media.
Irwan mengaku sejak 2019 mendalami bahkan belajar memahami dan fokus belajar ke beberapa daerah untuk teknik dan inovasi bagi yang bisa menjahit. Ia pun mencoba membuat tas khas namun tidak semulus seperti apa yang direncanakan. Bahkan beberapa bulan stagnan dan tim kerja bubar.
Ia menceritakan, tahun 2020 dia yang mulai fokus melakukan promosi baik detil produk tas kekinian yang dipadukan dengan kain khas Lombok yakni tenun sehingga munculah brand yang ia gagas bernama “Ite Mele” (saya mau, red). Katanya, dalam filosofisnya kalau Melet menandakan saat adanya keinginan pasti ada alasan, saat ada kemauan pasti harus sampai dan tidak membutuhkan alasan dan dasar.
Seiring berjalannya waktu, ia yang terus melakukan upgrade kemampuan dan inovasi sampai dengan saat ini telah mencetuskan tiga tipe produk. Yakni, etnik adat dan budaya, kemudian fungsi dan manfaat produk sesuai musim penggunaan outdoor.
“Seperti musim hujan, kami memiliki produk water prof dengan kualitas export,” ceritanya.
Adapun keunikan yang ditawarkan produk ‘Ite Mele’ ini sendiri dengan kain desain etnik berpadu dengan model trend kekinian dan kebutuhan di luar ruangan yang kemudian memiliki seri pembuatan yang tidak ada temannya sama. Dimana, desain dan model produknya dibuat berbeda semuanya.
“Bahan kami tidak ada ngambil di Jawa, jadi komunitas tim ite mele bermitra dengan toko China menyediakan bahan yang kita butuhkan dan kita hubungannya baik. Bahkan kita sudah pakai bahannya eger 2009 baik bahan ransel dan keril untuk naik gunungpun kami sudah bersaing secara kualitas,” ungkapnya.
Adapun kendala yang dihadapinya, minimnya SDM dari tim, dia juga sangat kesusahan dalam mencari tukang jahit tas, mengingat sangat banyak hanya dapat mahir dan cepat dalam menjahit baju saja. Bahkan penjahit profesionalpun ia dapat menyatakan belum tentu bisa menjahit tas, mengingat kerumutan, ketelatenan dan kejelianlah yang lebih ditekankan.
Sementara, adanya pemberdayaan pelatihan di BLK dan BKBM lebih dominan merupakan penjahit baju saja, bukan pihaknya menyalahkan para pihak tersebut, namun memang penjahit tas ini memiliki tingkat kesulitan dan rumitan yang berbeda. Mengingat, satu pola saja bisa menjadi 10 desain.
Dijelaskannya, pengalaman manis yang ia bagikan kepada radarmandalika.id sementaea ini, sekitar 85 persen produk tas Ite Mele ini ia sampaikan laku secara offline.
Adapun produk tasnya ini, sudah dikirim ke Sulawesi di Manado, Pulau Sanger, Labuhan Bajo, Bima, Indramayu, Bali dan mendominasi di Kabupaten Sumbawa Barat. Kemudian di luar negri mengirim ke Malaysia, Brunai Darussalam. Bahkan terakhir meminta ekspor tas satu kontainer ke Jepang dan Finlandia sebanyam 700 pcs.
“Kendalanya dipermodalan dan dari awal tidak bersentuhan dengan pemerintah,” ungkapnya lagi.
Sementara ini denga jumlah personel sekitar 10 orang penjahit sebagai tim produksi, namun 6 orang telah dapat dikatakan sempurna, 4 sisanya tersebut masih dalam tahap pembelajaran. Dalam sehari penjahit dengan satu desain, dapat maksimal memproduksi produksi hingga 6 pcs. Sementara ini sekitar 8 antrean desain yang sedang dikerjakan. (*)