Barang Berharga Lenyap, Janji Pemerintah Belum Terealisasi
Beberapa tahun terakhir ini warga Desa Kabul, Kecamatan Praya Barat Daya jadi langganan banjir setiap musim hujan tiba. Bahkan sampai dengan saat ini, warga masih cemas.
FENDI-LOMBOK TENGAH
WARGA Desa Kabul Kecamatan Praya Barat Daya setidaknya tiga tahun terakhir menjadi sasaran banjir. Ini tidak lain dampak luapan air dari sungai setempat. Sungai sepanjang 2 km tersebut tercatat sejak tahun 2020 sering mengalami luapan air hingga menyebabkan rumah warga terendam air. Warga terpaksa mengungsi.
Sementara, barang berharga milik warga banyak hanyut dibawa air. Belum lagi hewan ternak milik warga ada yang hilang. Itu sudah terjadi sejak 2020.
Kades Kabul, Sahurim mengatakan terdapat banyak rumah warga yang terancam tergerus arus sungai saat banjir, rumah- rumah tersebut terletak di bibir sungai sehingga rawan terbawa arus air. Adapun warga di tengah ancaman warga di Dusun Kening Sapi, Dusun Pampang, Kangas Lauk, dan Kangas Daye.
Kades menerangkan, saat terjadi banjir warga banyak mengalami kerugian, pada Senin kemarin saat banjir warga diperkirakan mengalami kerugian puluhan juta. Begitu pula pada saat banjir tahun sebelumnya warga juga selalu mengalami kerugian yang cukup banyak.
“Sejak tahun 2020 sampai sekrang selalu banjir,” kata kades.
Kades menceritan, tahun 2020 lalu salah satu rumah warga diketahui terbawa arus sungai saat terjadi banjir, fatalnya rumah warga tersebut belum mendapat bantuan dari pemerintah sampai sekarang, sehingga pihaknya menilai pemerintah perlu melakukan upaya penangnan agar warga tidak terus menerus berjibaku dengan banjir.
Kades menjelaskan jika banjir diakibatkan oleh pendangkalan sungai. Dimana dengan banyaknya sedimentasi yang diakibatkan oleh pengikisan tanah di gunung ditambah juga dengan material kayu yang terbawa arus sehingga pendangkalan terjadi begitu cepat. Akibatnya air hujan tidak bisa ditampung oleh sungai hingga menyebabkan luapan hingga permukiman warga.
Menyingung upaya penanganan dari pemerintah, kades menjelaskan jika sebelumnya pemdes sempat dijanjikan pengerukan satu paket bersama pembangunan jembatan, namun janji pihak BWS belum ada realisasi sampai saat ini.
Selain pengerukan sedimentasi di sungai sepanjang 2 km tersebut, pemdes menjelaskan banjir juga diyakini oleh pendangkalan Bendunggan Pengga, sehingga air tidak bisa mengalir dengan cepat menuju bendungan.
“Kita sepat dijanjikan akan dilakukan pengerukan bendungan, sampai sekarang belum ada,” ungkap kades.
Kades menilai jika pemerintah tetap abai atas kejadian banjir di Kabul dan tidak melakukan upaya penangaan, pemdes yakin warga akan tetap terancam banjir.
“Arusnya kuat, kita evakuasi santari di pondok pesantren itu harus pakai tali, ini bisa membahayakan nyawa, “ katanya lagi.
Kades berharap pemerintah bisa segera melakukan upaya penangan agar warga bisa terhindar banjir setiap tahunnya.(*)