Masih Dilestarikan, Panjatkan Doa di Lingkoq Remetak
Kabupaten Lombok Timur memiliki destinasi wisata lengkap. Bukan wisata alam saja tapi juga wisata budaya bahkan lainnya. Seperti Nunas Nede di Desa Kesik, Kecamatan Masbagik. Seperti apa?
MUHAMAD RIFA’I – LOTIM
MASYARAKAT Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sebagian besar menggantungkan hajat hidupnya dari sektor pertanian. Setelah itu, baru perdagangan dan lainnya, tak terkecuali sektor laut sebagai nelayan. Masyarakat daerah ini, memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang sangat banyak, dan digelar setiap tahun. Masyarakat nelayan memiliki budaya Nyelamak Dilauk di Desa Tanjung Luar, Rebo Bontong di Pantai Menanga Baris Pohgading Pringgabaya, dan lainnya.
Salah satu budaya yang masih tetap dilestarikan masyarakat, khususnya di Desa Kesik Kecamatan Masbagik Lotim, ialah budaya “Nunas Nede”. Budaya ini, merupakan warisan leluhur masyarakat setempat secara turun temurun, dan dirayakan saat pascapanen hasil bumi seperti padi, dan tanaman lainnya.
Budaya Nunas Nede, merupakan cara masyarakat setempat mengaplikasikan rasa syukur pada Allah SWT, atas melimpahnya hasil panen masyarakat. Selain itu, di sana mereka berdoa pada sang pencipta, agar di musim tanam berikutnya juga dengan hasil pertanian yang melimpah. Diberikan air yang berkecukupan untuk pertanian atau pun untuk dikonsumsi masyarakat. Bahkan lebih dari itu, dengan harapan kerukunan di tengah masyarakat tetap terbangun.
Saat budaya Nunas Nede, masyarakat terutama kaum perempuan menggunakan baju Sasak membawa dulang (sesaji makanan, red) ke lokasi kegiatan yang telah ditentukan untuk disantap bersama dengan penuh suka cita. Akan tetapi, ada beberapa ritual yang harus dilalui, seperti memanjatkan doa bersama di Lingkoq Remetak (kolam kecil, red), yang disakralkan masyarakat setempat.
Doa di Lingkoq Remetak itu, dipimpin oleh bukan sembarang orang. Akan tetapi, oleh Tetua (mangku, red) yang sangat dihormati di desa itu. Di Lingkoq Remetak sendiri, ada empat kolam sebagai tempat penampungan mata air. Masing-masing kolam memiliki satu mata air. Mata air itulah yang diyakini menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat desa ini.
Mata air itu bukan sekadar sebagai sumber air untuk dikonsumsi, tapi juga untuk pengairan sawah. Bahkan masyarakat setempat, meyakini air yang bersumber dari mata air itu, bisa membuat seseorang menjadi awet muda.
Kata Kepala Desa (Kades) Kesik, M Kadri, budaya Nunas Nede telah menjadi ritual rutin setiap tahun, dan merupakan warisan nenek moyang masyarakat setempat sejak 100 tahun silam. “Dulu saat saat kami masih kecil, para orang tua kami, selalu membawa kami untuk melaksanakan ritual Nunas Nede ini,” katanya.
Menurut klaim Kadri, desanya sangat sarat dengan kekayaan budaya. Desa ini, juga terdapat banyak kesenian yang sudah terpelihara baik sejak dulu. Terlebih lagi, budaya Desa Kesik sangat erat dengan budaya Bali. “Kami mampu membuat alat musik dan kesenian lainnya, yang dibuat langsung oleh masyarakat. Salah satunya seperti Jaran Jorong. Jadi, Jaran Jorong Ini bukan kami datangkan dari luar, tapi hasil karya warga Desa Kesik,” kata Kadri. (*)