Penulis: Rohimatun Sodiah
SMAN 1 Praya
Koran menjadi simbol orang pintar dan kaya. Orang-orang yang membaca koran biasanya hanya dari kalangan terdidik. Orang yang hanya memiliki pendidikan sampai tingkat SMA amat jarang membaca koran. Jika ada yang membaca biasanya memilih koran tentang kriminal. Bagi masyarakat yang pendidikannya menengah ke bawah, sering ditemukan koran hanya dijadikan bungkusan tempe atau gorengan.
Para intelektual biasanya memilih koran yang isinya mentereng misalnya Radar Mandalika. Segmentasi pembaca koran itulah yang kemudian menjadi pilihan setiap redaksi untuk membuat berita yang menarik.
Pada tulisan ini, penulis tidak akan membahas bagaimana proses peliputan berita yang menarik hingga koran sampai di tangan pembaca. Namun, penulis mencoba menuangkan sebuah pembahasan mengenai pentingnya membaca Koran.
Salah satu telah berjasa memenuhi kebutuhan manusia yakni koran atau surat kabar. Kini koran sedang berjuang dari gerusan perubahan zaman. Dianggap ketinggalan zaman dan ribet, koran atau surat kabar disebut-sebut sedang lesu diterpa persaingan media informasi lebih modern, media elektronik, misalnya.
Koran telah termakan usia senja, tertatih-tatih berjuang mempertahankan eksistensi dan melayani informasi di tengah turunnya animo pembaca dan tajamnya persaingan di era modern.
Membaca koran merupakan sebuah perjuangan. Sangatlah hebat kalau kita mau meladeni perjuangan itu, kita bisa membentuk sebuah mentalitas diri kearah positif. Mentalitas itu berupa tidak mau menyerah dan menghindari mental nyaman pada situasi. Kita bisa bayangkan di tengah minat baca rakyat yang begitu rendah, orang masih membaca itu adalah perjuangan besar. Menurut info minat baca Indonesia 0,001 %, artinya dalam seribu orang hanya satu orang yang suka membaca. Kalau dalam sekup NTB, 0,0001 % artinya dalam sepuluh ribu hanya satu yang suka membaca.
Kalau kita berjuang membaca Koran, kita akan berusaha untuk duduk, membaca, dan bahkan menganalisis berita yang tersajikan dalam Koran itu. Bahkan tidak jarang kita membacanya untuk kedua kalinya. Ada pula yang mengambil berita dan artikel di Koran, digunting, ditempatkan di salah satu pojok kamar dan dikliping kalau kelak dibutuhkan. Dengan Koran, kita bisa belajar untuk setia duduk dan menekuni apa yang kita baca tanpa tergoda untuk melompat ke berita-berita lain seperti yang kerap terjadi kalau berada di media sosial. Dengan ini, lewat membaca koran orang terlatih untuk berpikir dan menganalisa berita dengan lebih baik. Kalau beritanya tidak dimengerti, seseorang bisa mengulanginya kembali tanpa terburu oleh ratusan konten seperti iklan dari media sosial.
Koran menjadi barang yang sangat istimewa. Sering berita dari halaman pertama hingga halaman terakhir dilahap semua. Nama-nama penulis opini dan berita menjadi familiar.
Perdebatan yang terjadi, seperti contoh dalam kolom opini di koran, menjadi pemandangan yang selalu dinantikan. Bahkan secara tidak langsung sebagai pembaca ikut berdebat dan menyumbang ide tentang polemik yang dituangkan lewat aneka opini di koran tersebut.
Secara tidak langsung, kebiasaan membaca koran yang berkualitas akan selalu membentuk pola pikir dan gaya kepenulisan.
Jadi, nyatalah bahwa membaca koran mendatangkan pelbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh diantaranya, mendapatkan informasi tentang peristiwa, politik, hiburan, pendidikan, budaya dan sebagainya. Namun, hal ini terjadi bilamana kita sudah bersahabat dengan koran. Salah satu koran yang bisa menjadi sahabat ialah Radar Mandalika. Selamat ulang tahun ke-7 Radar Mandalika, sahabatku, semoga panjang umur.