JAYADI/RADAR MANDALIKA GROUP MENANGKAP: Puluhan masyarakat sedang menangkap cacing laut atau dikenal dengan Nyale, Sabtu pagi (15/02).

PRAYA—Penetapan tanggal puncak Core Event Bau Nyale oleh Pemkab Loteng tahun ini ternyata meleset lagi. Nyale yang diperkirakan akan tumpah atau melimpah, ternyata tidak sesuai harapan. Hal ini membuat masyarakat sangat kecewa. Bagaimana tidak, ribuan masyarakat yang tidak tidur semalaman suntuk menanti kemunculan cacing laut yang dilegendakan sebagai jelmaan Putri Nyale itu kurang.

Ketua Forum Pemuda Peduli Pariwisata Loteng, Alus Darmiah menyatakan, jika melihat keramaian masyarakat yang datang pada malam puncak, pihaknya sangat mengapresiasi pada pemerintah. Sebab,tidak hanya masyarakat dari wilayah NTB saja yang sengaja datang, namun ada juga dari luar daerah maupun luar negara yang memang sangaja datang untuk melihat event penangkapan Nyale tersebut. Tapi, sayangnya, ribuan masyarakat yang sengaja menginap di pesisir pantai, baik dengan membangun tenda, bahkan ada juga yang tidur sekedar dengan tikar tersebut tidak membuahkan hasil. Karena memang Nyale tidak keluar dengan prediksi penanggalan hasil Sangkep Warige atau musyawarah para pemangku empat penjuru mata angin.  Ironisnya, Nyale juga tidak ada di Seger, pantai Selong Belanak, pantai Mawun, Pantai Aan dan beberapa tempat lainnya.

“Pemerintah harus melakukan eveluasi. Karena salah tanggal itu membaut masyarakat sangat kecewa,” jelasnya, kemarin.

Ia menegaskan, dengan kegagalan pada tahun ini, harus menjadi pembelajaran bagi tahun berikutnya ke depannya agar lebih teliti dan agar tidak salah kembali.  Hal itu harus, karena event Bau Nyale ini merupakan core event ditetapkan sebagai kalender even nasional, bahkan masuk ke dalam 100 besar event yang menjadi perhatian pemerintah pusat.

“Memang kami saya akui melesetnya tanggal puncak ini buka kali pertamanya. Tapi memang sudah beberapa kali pada tahun sebelumnya juga,” ungkapnya.

Ia juga menyarankan, dalam pelaksanaan rapat Sangkep Warige maupun pelaksanaan rangkaian Bau Nyale itu, semua pihak harus dilibatkan. Termasuk pemuda setempat juga.  Jangan malah pemerintah malah mengambil panitia dari luar seperti tahun ini.

“Dengan persoalan itu, pemuda sangat tersinggung dengan apa yang dilakukan Pemprov maupun Pemkab ini,” ucapnya.

Sementara itu, salah satu warga Kecamatan Praya Tengah, Paozan mengaku kecewa karena hasil tangkapan Nyale tidak ada pada tanggal yang ditentukan oleh pemerintah ini. Padahal, ia bersama rombongannya sudah membawa alat tangkap dan rela tiduran di pesisir pantai asalkan bisa menangkap Nyale itu.

“Ya harus bagaimana lagi. Kita pulang dengan tangan kosong,” ungkapnya.

Dari pengakuan warga, Nyale ini banyak keluar sejak Kamis dan Jumat sebelumnya. Tapi untuk malam puncaknya sudah berkurang, atau sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada, hanya beberapa saja yang kelihatan di lautan tersebut.

“Satu –satu Nyale saya tidak dapat, karena memang sudah tidak ada lagi,” ucapnya.

 Dia berharap tahun-tahun mendatang para pemangku penjuru empat mata angin lebih jeli dan teliti melakukan perhitungan agar kejadian seperti tahun ini dan beberapa tahun terakhir tidak terulang lagi.

“Semoga saja pada  tahun mendatang tidak terjadi lagi seperti sekarang ini,” tuturnya. (jay)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 347

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *