WINDY DHARMA/RADAR MANDALIKA BUTUH ULURAN TANGAN: Zaihidatun saat mengendong anaknya Muhammad Fikri yang mengalami penyakit pendarahan otak, ketika ditemui di rumah keluarganya di Dusun Batu Samban Desa Lembar Selatan, kemarin.

Sempat Koma, Keluarga Takut si Bayi Dioperasi

Muhammad Fikri, bayi asal Dusun Gerebekan Desa Jembatan Gantung Lembar ini mengalami pendarahan otak sejak lahir.

WINDY DHARMA/ LOMBOK BARAT

TANGIS terus terdengar dari salah satu rumah di Dusun Batu Samban Desa Lembar Selatan. Saat didekati tangis itu berasal dari Muhammad Fikri, bayi berusia dua bulan.

Sayu dan sedih terlihat dari wajah sang ibu, Zahidatun Ibna yang mengendong bayi malang itu. Ucapan dokter beberapa bulan lalu masih teriang sampai sekarang di telinga Zahidatun. Kala itu dokter memvonis buah hatinya menderita pendarahan otak.

Ibu mana yang tak sedih ketika mengetahui buah hatinya mengidap penyakit parah.

Sekilas mungkin, tak ada yang berbeda dari bayi laki-laki itu. Namun saat didekati, ternyata terdapat bencolan di bagian atas sampai belakang kepalanya. Bahkan di bagian belakang terlihat lembek.

“Dari umur satu bulan tujuh hari itu, sudah mulai begini,” ujar Zahidatun memulai cerita tentang penyakit yang diderita anaknya.

Mata pun langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka kejadian yang menimpanya saat masih hamil sembilan bulan menjadi penyebabnya. Kala itu, Zahidatun terjatuh di sekitar kediamannya di bukit Idung. Saat Fikri berumur sebulan, bayi mungil itu kesulitan menyusu. Dari sanalah awal tanda gejala penyakit ini. Panik sempat menderanya ketika Fikri mengalami koma saat dibawa berobat ke puskesmas Jembatan Kembar (Jakem). “Nggak nangis, nggak bangun, pokoknya nggak segala macam dah. Dipasangin infus pun nggak terasa,” ceritanya.

Pihak puskesmas, katanya sempat menyarankan Fikri dibawa pulang dulu. Namun beberapa jam kemudian, dokter Puskesmas setempat merujuk bayi laki-laki itu ke RSUD Tripat Gerung. Lantaran panyakit yang dialami dinilai parah.

Setiba di RSUD milik Pemkab Lobar itu, Fikri langsung mendapat penanganan medis.

Selama dirawat, diagnosis pendarahan otak disampaikan dokter RSUD. Rujukan untuk operasi di RSUD Provinsi NTB juga disarankan oleh dokter. Namun keluarga memilih untuk bisa dirawat di RSUD Tripat Gerung, karena tak sanggup melihat anaknya yang masih kecil harus dioperasi. Ditambah ketakutan Fikri akan mengalami cacat setelah operasi. “Kasian ngelihatnya, bagaimana nanti pas mimiknya, gimana nangis gitu. Soalnya sudah ada buktinya juga di sini (desa) ada yang kayak gitu justru malah cacat pas besarnya setelah operasi,” bebernya.

Meski sempat ada donatur yang membantu perawatan hingga menganjurkan operasi, keluarga tetap bersikeras memilih rawat jalan dengan pemberian obat. Kini, orangtua Fikri juga sedang kewalahan untuk membayar biasa perawatan di RSUD Tripat karena menggunakan jalur pasien umum. Sebab belum memiliki BPJS. Meski sudah ada dana bansos yang diperoleh, tetap belum bisa menutupinya. Sementara ayah Fikri hanya seorang buruh. “Akhirnya kita bawa pulang dalam keadaan koma, tiga hari di rumah juga koma. Dibantu dengan suntikan pun nggak mau,” ujarnya.

Akhirnya Fikri bisa kembali sadar setelah dibawa ke kediaman neneknya di Dusun Batu Samban Desa Lembar Selatan. Kini Fikri hanya dirawat jalan dengan pemberikan vitamin dan obat. Pengurusan BPJS juga sedang dilakukan pihak keluarga, agar bisa meringankan biaya pengobatan. Pihak keluarga pun mendengar jika ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit Fikri. “Tapi harganya itu mahal. Cuma sudah ada donasi juga buat kita kontrol ke rumah sakit,” sambungnya.

Akibat penyakit yang dialami itu, Fikri sering muntah, susah tidur, dan sering menangis. Ironisnya, kondisi yang dialami Fikri diduga dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menarik donasi. Namun tak diberikan kepada pihak keluarga. “Ada yang mengaku jadi bibinya terus minta donasi. padahal saya ini bibinya,” ujar Maulidah.

Meski demikian pihaknya tidak ingin meributkan hal itu dan lebih fokus pada kesembuhan Fikri. Syukurnya tak sedikit juga yang benar-benar donatur datang ke kediaman neneknya memberikan bantuan. Baik itu baju, sembako maupun uang tunai. Kini pihak keluarga hanya berharap ada donatur yang mau membantu biaya membeli obat. Karena keluarga tetap ingin Fikri tidak dioperasi dan hanya diberikan obat rawat jalan hingga sembuh. (*)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *