IST/RADARMANDALIKA.ID PANEN: Dua orang petani saat panen padi di wilayah Kecamatan Praya Tengah, belum lama ini.

PRAYA – Harga jual gabah kembali merosot. Di tengah banyaknya hasil produksi, justru harga jual gabah yang jatuh. Penyakit semacam ini selalu datang pada saat hasil tanam padi petani sedang jaya.

Seorang petani dari Kota Praya, Muhammad Zaen mengaku selalu merugi, sementara secara kalkulasi produksi pertanian yang tidak menentu , petani selalu dihargakan murah oleh para pengepul.

 

“Saat gabah kami banyak pasti harga turun, saat minim juga kadang turun dan jarang sekali naik, ya secara hitungan kami rugi,” ungkapnya kepada radarmandalika.id.

 

Zaen membeberkan, dia menggarap sawah seluas 26 are sejak itu dia sangat kesulitan dan biaya yang begitu besar terutama pada saat kebutuhan pupuk terus dikeluarkan. Tapi aneh saat menjual gabah atau hasilnya panen padi harganya jatuh.

“Seperti ini kondisinya,” ujarnya.

 

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah melalui staf bidang produksi pertanian, Andi membeberkan jika per bulan Mei, harga gabah basah yakni 330 per kilogram, sementara untuk yang kondisi kering giling diharga 4.300 per kilogramnya.

 

Dikatakan harga gabah yang sempat naik pada minggu lalu yakni di harga 3.500 untuk gabah kering dan 4.500 untuk gabah kondisi kering giling.

 

“Ini berdasarkan harga petani. Karena harga itu ada di petani, beda cerita kalau pengepul dan bulog, karena harga beli Bulog kering giling itu 5.200 per kilogramnya,” bebernya.

 

Diakuinya, dengan kondisi pupuk saat ini dengan takaran subsidi yang biasa mendapatkan 3 timbang. Sering terjadinya kelangkaan pupuk subsidi pengurangan pada jatah petani dari pusat. Dan untuk memenuhi kebutuhan kekurangan itu dengan maka petani harus membeli pupuk yang harganya 3 kali lipat dari pupuk subsidi.

 

Kadis memprediksikan sementara ini gabah akan mengalami penurunan harga karena baru saja dalam posisi awal panen.

 

“Pupuk subsidi itu berkisar 300 per 100 kilogram dan non subsidi diatas 1 juta,” katanya.

 

Namun secara perhitungan statistik pertanian di Provinsi  NTB, bahwa Kabupaten Lombok Tengah ini sangat cukup untuk 5 tahun khusus untuk konsumsi masyarakat.

 

” Sebenarnya kalau padi ditanam terus-menerus juga membuat tanah lelah, dan rentan terkena penyakit apabila ditanami satu paritas yang sama jenisnya, yakni rentan penyakit. Maka harus digilir jenis padi yang ditanam,” bebernya.(tim)

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *