Hanya Tamatan MI, Baru 2 Tahun Ditunjuk jadi Imam
Ustadz Abdul Majid merupakan Imam Masjid Jamik Ummul Huda Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat. Dia juga merupakan seorang petani dan dari keluarga biasa saja.
JHONI SUTANGGA – LOMBOK TENGAH
MASJID Jamik Ummul Huda merupakan masjid besar di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Masjid ini tidak pernah sepi mengingat posisinya berada di simpang tiga jalan nasional bypass Batujai. Sejumlah pejabat banyak melaksanakan salat di rumah allah satu ini.
Kendati demikian, tidak disangka orang yang dipercayai sebagai imam merupakan seorang petani. Iya, memang urusan ibadah tidak melihat siapa dan dari mana latarbelakangnya. Yang terpenting bacaan alquran pasih dan tentunya dipercaya oleh masyarakat setempat.
Sebut saja, Ustadz Abdul Majid, 60 tahun dipercaya dari lima imam lainnya di masjid ini. Majid sendiri khusus bertugas pada saat salat Magrib saja. Sementara empat waktu salat lain diimami oleh imam yang berbeda beda seperti waktu Subuh imamnya Ustadz Suardi, Zohor Lalu Murad, Asar HL. Ranggalawi dan untuk waktu Isak H. Rusdan.
“Saya khusus di waktu Magrib,” bebernya kepada Radar Mandalika, tadi malam selepas memimpi salat Magrib.
Menjadi imam bukan karena kehendak sendiri. Melainkan ditentukan oleh pengurus masjid setempat. Dia sendiri menjadi imam baru 2 tahun namun salah satu alasan mengapa dipercaya menjadi imam lantaran suaranya merdu dan bacaan ayat suci alquran pasih. Majid ternyata bertahun tahun juga menjadi muazzin (petugas azan) lima waktu. Bahkan untuk salat Jumat pun dia juga mendapatkan kepercayaan menjadi Muazzim Salat Jumat.
“Alhmadulillah selain aktif di Masjid. Saya juga Muazzim salat Jumat,” cerita bapak lima anak itu.
Ia mengakui, menjadi imam itu berat. Sebab, memimpin salat yang makmunnya tidak sedikit. Malah pada waktu-waktu tertentu makmum sampai berjumlah 200 an jamaah. Minimal ada lima baris setiap waktu. Tentunya harus khusus dan ikhlas.
“Ini sebuah kepercayaan yang harus dijalankan,” katanya sambil merendahkan diri.
Secara pendidiakan, Ustadz Majid hanya selesai di meja Ibtidaiah (MI) yaitu di Fajrul Hidayah Batujai waktu itu. Dia juga sempat belajar agama di pondok pondok tetapi sifatnya lepas alias tidak menetap menjadi santri. Namun Majid sendiri memiliki kelabihan dari dirinya yaitu, suaranya yang merdu yang ada sejak kecil. Bahkan di tahun 1990 an dia sering aktif mengikuti mata lomba Tilawatil Quran mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi.
“Pernah mengikuti lomba Musbaqah Tilawatil Quran tingkat Provinsi sampai tiga kali. Tapi hanya berada di juara empat. Itu sekitar tahun 90 an,” cerita pria paruhbaya asal Ketangge Batujai itu.
Selain aktif di masjid, pria singgle parent itu tengah menafkahi tiga dari lima anak lainnya yang masih duduk di bangku SMA dan ada juga di bangku MI. Yakni, Lala Intan Kumala, Ikbal Hakim dan Rafidarizkia. Adapun dua anaknya yang paling besar semuanya sudah menikah yaitu, Muhanmad Bakri dan Muhammad Sukron.
“Menafkahi keluarga hanya lewat bertani lepas saja,” katanya.( bersambung )