PRAYA – Hujan yang kembali mengguyur wilayah Kelurahan Praya, Kecamatan Praya sejak Sabtu (12/2) siang yang berlanjut hingga Minggu dengan intensitas tinggi dan berlangsung cukup lama mengakibatkan permukiman warga banjir. Jumlah masyarakat yang terdampak ada sekitar 70 Kepala Keluarga (KK).
Lurah Praya, Rudy Hadisuarno mengungkapkan, hujan deras yang mengakibatkan banjir menggenangi sejumlah titik di wilayahnya. Banjir menerjang pemukiman warga di Lingkungan Kampung Jawa, Kampung Rancak, Kampung Gerenjeng, dan Kampung Tiwu Bokah Lingkungan Tengari, dan Kampung Mekar Sari Lingkungan Keterjer. Tapi banjir sudah surut.
“Sempat saya turun ke lokasi hari Minggu di Kampung Jawa,” katanya pada Radar Mandalika, Senin (14/2).
Di Kampung Jawa, kata dia, banjir sempat hingga setinggi dada orang desa. Jumlah masyarakat yang terdampak di sana sekitar 22 KK. “Rumahnya sih ndak banyak. Tapi isinya satu rumahnya itu kadang 3 KK,” ungkap Rudy.
Dikatakan, penyebab banjir di Kampung Jawa lantara air meluap naik dari sungai ke pemukiman. Yang mana air meluap ke pemukiman karena sungai sempit, sedangkan debit air tinggi. Dan, halaman warga di sana posisinya bisa dikatakan rata dengan sungai. “Setiap hujan lebat pasti (banjir),” kata Rudy.
Selain itu, penyempitan saluran atau lorong terutama di jembatan-jembatan juga menjadi pemicu terjadinya banjir saat hujan dengan intensitas tinggi. Sehingga arus air sungai yang deras tidak bisa mengalir dengan lancar. “Kalau dibilang dari sampah mungkin ndak terlalu banyak,” tandas Rudy.
Dia menyebut, warga di Kampung Jawa terdampak banjir. Hari Sabtu, mereka yang rumahnya terendam itu sempat mengungsi atau dievakuasi ke gedung SDN 2 Praya. “Itu cuman satu malam. Karena masih terjadi genangan sampai betis orang dewasa, hari Minggu. Karena pakaian, tempat tidur mereka kan basah,” kata Rudy.
Hari Sabtu, ujar dia, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah, H Ridwan Ma’ruf langsung terjun ke Kampung Jawa. Memberikan bantuan berupa terpal, dan selimut untuk warga terdampak banjir.
“Ada peninjauan/kunjungan juga dari pak Wabup di Kampung Tiwu Bokah,” tambah Rudy.
Dia melanjutkan, penyebab utama terjadinya banjir di Kampung Tiwu Bokah Lingkungan Tengari juga karena air meluap naik dari sungai ke pemukiman. Jumlah masyarakat yang terdampak di sana ada sekitar 27 orang. Dikatakan, kondisi banjir di Kampung Tiwu Bokah tidak separah di Kampung Jawa.
“Lebih parah Kampung Jawa, karena kondisi lingkungannya. Kalau di Tiwu Bokah masih relatif tinggi tempatnya,” ungkap Rudy.
“Di Kampung Jawa itu udah benar benar dikepung dengan air. Udah lokasinya di bawah jalan, di atas sungai. Halaman warga udah rata dengan sungai,” tambah pria yang pernah bertugas pada Satpol PP Lombok Tengah itu.
Sedangkan, jumlah masyarakat yang terdampak banjir di Kampung Rancak Lingkungan Tengari ada sekitar 20 KK. Rudy mengungkapkan, penyebab utama banjir yang menerjang kampung tersebut bukan karena air sungai yang meluap. Melainkan karena saluran drainase yang memang tidak ada di sana.
“Jadi, (air hujan) yang dari jalan besar itu masuk ke gang langsung/halaman warga. Buka ke got, buka ke drainase,” ungkap Rudy.
Penataan lingkungan seperti keberadaan saluran drainase di Kampung Rancak menjadi pekerjaan rumah (PR) dan jadi atensi Pemerintah Kelurahan Praya. Sehingga, untuk penataan lingkungan di sana menjadi salah satu usulan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). “Makanya kita coba kemarin masukkan usulan penataan lingkungan Kampung Rancak,” beber Rudy.
“Karena sama sekali tidak ada drainasenya. Gang- nya pun menyatu dengan halaman warga,” katanya lagi.
Sementara penyebab banjir di Kampung Mekar Sari Lingkungan Keterjer, kata Rudy, itu dikarenakan penyempitan got atau saluran drainase yang ada di depan makam di sana rupanya kurang beres alias mampet. “Cuman satu rumah yang terdampak. Pas meluapnya ke satu rumah itu aja, karena sudah tidak ada pembuangan lagi,” ungkapnya.
Berikutnya, banjir yang menerjang pemukiman warga di Kampung Gerenjeng Lingkungan Tengari juga dikatakan karena penyempitan got atau saluran drainase. “Sudah dangkal got- nya karena tanah. Banyak selokan yang tersumbat. Karena udah ndak nampung lagi, got- nya meluap, (air) masuk ke rumah warga,” terang Rudy.
Dari bencana banjir yang terjadi di sejumlah titik tersebut. Kata Rudy, yang paling parah terjadi di Kampung Jawa. Karena penataan lingkungan belum maksimal, dan pemukiman warga posisinya bisa dikatakan rata dengan sungai. Sehingga, ketika terjadi hujan deras dengan waktu yang cukup lama maka air meluap naik dari sungai ke permukiman.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan Praya untuk meminta Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Tengah untuk mengecek kondisi kesehatan warga di lokasi terdampak banjir. “Sekadar mengecek kesehatan masyarakat kita,” kata Rudy.
Sebagai langkah antisipasi, ke depan pihaknya akan menggencarkan kegiatan gotong royong. Untuk jangan pendek, Rudy mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Mengingat saat ini masih musim penghujan. Untuk langkah jangka panjang adalah penataan lingkungan.
Bencana banjir masih menghantui warga kota Praya. “Terutama di Kampung Jawa, karena mengkhawatirkan sekali di sana. Begitu kondisi mendung saja sudah trauma mungkin warganya di sana,” katanya.
Ke depan, sebagai upaya pencegahan bencana banjir. Pihaknya meminta agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau dinas terkait seperti PUPR dan Perkim untuk lebih memprioritaskan program penataan lingkungan di Kelurahan Praya. Karena bagaimanapun kondisi kota Praya juga menggambarkan wajah Gumi Tatas Tuhu Trasna. (zak)