KLU–Masjid Jamiq Iwanul Muttaqin Desa Gondang mulai direkonstruksi pasca mengalami kerusakan parah akibat goncangan gempa bumi 2018 lalu. Panitia pembangunan masjid menerapkan “celengan” akhirat, dan pembangunan akan dilakukan dengan semangat gotong royong masyarakat. Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilakukan Bupati Lombok Utara, H. Djohan Sjamsu, diikuti Wabup Danny Karter Febrianto Ridawan, serta tamu undangan lainnya, Kamis (27/1).
Djohan Sjamsu mengaku mengetahui betul silsilah perjalanan Masjid Jamiq Gangga. Mulai dari keberadaan lokasi tempat berdirinya sekarang, hingga penamaan masjid yang berstatus sebagai masjid kecamatan di Gangga. Ia tidak hanya berkedudukan sebagai tokoh masyarakat Desa Gondang, tetapi juga menjabat sebagai Jupen di era orde baru. “Jadi, yang hadir ini (sebagian besar pejabat Pemda) banyak dermawan, dan saya kira pasti akan menyumbang, pasti,” ucap Djohan setengah berkelakar.
“Ada Pak Sekda, ada Wakil Bupati, Kemenag, saya kira pasti akan beramal memberikan bantuan di tempat kita ini,” sambungnya.
Djohan memuji langkah masyarakat Desa Gondang, khususnya Panitia Pembangunan Masjid. Sebab anggaran (RAB) Rp10 miliar yang dibutuhkan, bukan nominal yang kecil. Namun masyarakat optimis dan memulai membangun kembali masjid korban gempa dengan semangat kebersamaan. “Memang seperti ini seharusnya, kita mulai membangun dengan kekuatan amal rakyat,” kata Djohan.
Sementara, Ketua Dewan Pengurus Masjid Jamiq Gondang, M. Nahir menyampaikan Masjid Besar Iwanul Muttaqin yang dirancang berukuran 28 x 32 meter persegi. Dari perkiraan biaya Rp10 miliar, setengahnya dihabiskan untuk membangun induk. Masjid dibangun melalui proses yang berjalan sejak Desember 2021, dan mulai dilaksanakan pemasangan tiang beton pada Januari 2022. Dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pada Kamis kemarin. “Kita mengawali dengan ritual buka tanak, sebagai wujud mentabeq wala (permisi) pada hal-hal yang kasat mata. Tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, bulan Maulid, kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itulah hari yang baik menurut kami,” ucap Nahir.
Selaku pengurus, ia tak menyangkal modal awal pembangunan tidaklah signifikan. Kas Masjid Jamiq hanya Rp300 juta, dana itulah yang diserahkan oleh pengurus kepada panitia pembangunan. “Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Tapi Alhamdulillah, progresnya sangat positif,” tambahnya.
Sementara, Ketua Panitia Pembangunan, M. Indra Darmaji H melaporkan progres pembangunan yang telah terlaksana mencapai 11,31 persen. Pembangunan fisik masjid dominan dilakukan secara bergotong-royong kalangan jamaah 4 dusun (Karang Amor, Karang Anyar, Karang Bedil, dan Karang Pendagi) setiap hari. Begitu pun pembiayaan harian, datang dari donatur – baik individu jamaah, individu swasta maupun donatur lainnya. “Sumber pendanaan sementara berasal dari 2 jenis, yakni program gerakan infaq masjid berupa celengan akhirat. Kami membuat celengan dari botol air mineral, dititip ditiap-tiap KK, dan ditarik tiap Kamis. Alhamdulillah per minggu terkumpul Rp12-16 juta.”
“Berkat istiqomah seluruh jamaah, dengan uang Rp2 ribu (celengan akhirat), kami optimis bisa membangun secara bertahap,” sambung Darmaji.
Sumber pendanaan lain yang diandalkan ke depan adalah, proposal kepada pemerintah daerah, lembaga, maupun donatur perorangan. Terhadap poin pertama yakni proposal Pemda, Bupati di sela-sela peletakan batu pertama, memberi sumbangan secara simbolis senilai Rp300 juta yang bersumber dari APBD KLU. (dhe)