RAZAK/RADAR MANDALIKA ASPIRASI: Anggota DPRD Loteng, H Supli secara simbolis menyalurkan bantuan sembako kepada salah seorang warga melalui program WRSE di kantor Dinsos Loteng, kemarin.

PRAYA – Melalui program wanita rawan sosial ekonomi (WRSE). Anggota DPRD Lombok Tengah (Loteng), H Supli menyalurkan bantuan paket sembako untuk para janda yang ditinggal mati dan memiliki tanggungan anak yatim yang ada di Kecamatan Praya dan Praya Tengah. Program yang dari aspirasi dewan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu disalurkan melalui Dinas Sosial (Dinsos) Loteng.

Sebelum paket sembako disalurkan, terlebih dahulu diadakan bimbingan teknis (Bimtek) bagi WRSE di kantor Dinsos Loteng, Kamis (11/11) kemarin. Kegiatan ini dibuka Kepala Dinsos Loteng, H Muliardi Yunus. Yang dihadiri langsung oleh H Supli, dan puluhan para janda yang tinggal mati dan memiliki anak yatim.

H Supli yang juga Ketua Komisi IV DPRD Loteng mengungkapkan, program WRSE ini sudah berjalan selama empat (4) tahun. Program tersebut merupakan aspirasinya sebagai anggota dewan yang selalu dianggarkan setiap tahun. “Setiap tahun anggaran, saya buatkan anggaran,” katanya pada Radar Mandalika.

Melalui program WRSE kali ini, ujar dia, dialokasikan anggaran sebesar Rp 150 juta untuk penyaluran bantuan paket sembako bagi 80 orang janda yang ditinggal mati dan memiliki anak yatim. Paket sembako yang mereka terima berupa beras, gula, minyak goreng, dan mi instan.

Diharapkan bagi penerima bantuan agar menjadikan barang/sembako tersebut untuk modal usaha. “Cukup untuk buat warung lah. Telurnya itu enam trai. Jadi kalau dipajang di meja itu full mejanya lah. Jadi cukup untuk berusaha,” kata anggota dewan dapil Praya – Praya Tengah itu.

Sebagai gambaran. Dari pengalaman penyaluran bantuan sembako terdahulu melalui program WRSE, ujar Supli, sekarang rata-rata para penerima bantuan sudah mulai membangun usaha. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan anaknya. Bahkan kata dia ada yang sudah sukses. Seperti Baiq Wisiah dari Kelurahan Leleng, Kecamatan Praya. 

“Baiq Wasiah ini Alhamdulillah sekarang brandnya itu buat nasi balap yang diantar ke sekolah-sekolah. Kalau dulu sebelum Covid itu 400 bungkus. Sekarang masih juga dia berjualan. Alhamdulillah nasi balapnya itu masih setiap waktu kita bisa pesan,” ungkap Supli.

Dia menerangkan, penyaluran paket sembako melalui program WRSE ini menyasar para janda yang ditinggal mati dan masih memiliki tanggungan anak yatim. Alias bukan janda yang cerai hidup. “Tapi cerai meninggal. Sehingga di situ syaratnya adalah yang masih ada anak yatim nya,” jelas Supli.

Kenapa, karena menurutnya bantuan yang diberikan akan berkesinambungan. Dalam arti, melalui bantuan paket sembako yang diterima para janda tersebut dapat dijadikan modal usaha untuk jangka panjang. Yakni untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari bersama anaknya.

“Kalau pola selama inikan anak yatim itu diberikan langsung. Dikasih Rp 50 ribu, Rp 100 ribu secara sporadis/kadang-kadang,” katanya.

“Tapi kalau (melalui program WRSE) ini yang dikasih ibunya. Sehingga, kalau ibunya kita kasih modal usaha maka dengan sendirinya anak yatim nya juga ter-sejahterakan. Kira-kira begitu,” tambah Supli menjelaskan.

Kemudian dia berharap, anak-anak mereka mau disekolahkan. “Ada beberapa yang sudah berangkat ke Jawa. Kita yang fasilitasi dengan bekerja sama dengan Baznas dan bekerja sama dengan DASI NTB. Untuk mengirim mereka ke beberapa pondok pesantren spesialis tahfizd,” beber Supli.

Kembali pada kegiatan bimtek bagi puluhan WRSE kemarin. Supli mengatakan, muncul berbagai persoalan yang disampaikan para peserta. Salah seorang tunanetra yang mempunyai lima orang anak dari Kelurahan Semayan, itu mengeluhkan kurang tersedianya air di rumahnya untuk kebutuhan sehari-hari. Dan, pintu jeding-nya yang perlu perbaikan. “Itu disampaikan ke kita,” katanya.

Supli menambahkan, ada juga seorang janda dari Leneng yang menempati rumah dengan status masih numpang. Bersangkutan berharap agar pemerintah daerah (Pemda) dapat memfasilitasi atau menggelontorkan bantuan rumah untuknya.

“Terus ada yang dari Gelondong (Kecamatan Praya) namanya Marianah berharap difasilitasi alat peraga di pendidikan yang dia lakukan di sana. Ada pendidikan les berhitung/membaca di sana,” ujarnya. Sembari menambahkan, ada juga yang mengeluhkan sekaligus menginginkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH).

Terhadap berbagai keluhan yang diterimanya, Supli mengatakan akan melakukan survei nantinya. Meninjau dan melihat langsung kondisi ril di lapangan. “Seperti pengalaman tahun lalu terhadap rehab rumah (RTLH) ini kita kerjasama dengan Baznas Lombok Tengah dan Baznas NTB untuk memfasilitasi mereka untuk rehab rumahnya. Alhamdulillah sudah berlangsung,” tutupnya. (zak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *