DIKI WAHYUDI/RADAR MANDALIKA WANITA SUPER: Direktur Bank Sampah Al-Haqiqi, Yanik Hijab saat menunjukkan tanaman di secretariat, kemarin.

Awal Tak Didukung Keluarga, Sekarang Cetak Uang Dari Hasil Sampah

Awalnya selalu diacuhkan. Sampai-sampai keluarga pun tidak ada yang dukung. Tapi hasil kerja keras bertahun-tahun, Yanik Hijab seorang istri anggota TNI ini berhasil mendirikan bank sampah dan bisa mencetak uang hasil pengelolaannya. Seperti apa?

DIKI WAHYUDI-LOMBOK TENGAH

MEMBUTUHKAN proses yang panjang, sabar, tekun dan selalu ihklas. Itulah bayangan perjuangan dilakukan Yanik Hijab yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Wanita asal Dusun Reak I Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut ini, perlahan namanya mulai banyak dikenal orang luar desa. Hanya gara-gara mengelola sampah.
Yanik yang juga Sekretaris BPD Tanak Awu nyaris setiap hari sibuk mengurus sampah. Bahkan sampai detik ini. Sampai ia pun kini berhasil mendirikan bank sampah yang diberikannya, bernama Bank Sampah Al-Haqiqi.
Siapa Yanik ini? Dia seorang ibu rumah tangga (IRT) awalnya. Sementara suami seorang anggota TNI yang sekarang menjadi Bhabinsa di Desa Tanak Awu, Sertu L Hijab namanya.
Sebelum mengurus sampah, anggota Persit ini awalnya sudah berhasil mendirikan PAUD Al-Haqiqi juga namanya di dusun setempat. Bahkan sekarang PAUD ini sudah berjalan kendati awal ia sulit memperoleh izin dari Dinas Pendidikan Lombok Tengah. Saking nekatnya, perempuan berdarah Madura ini menyulap sebagian ruangan rumahnya menjadi gedung PAUD. Kendati tak kunjung izin diberikan dinas, Yanik terus menunjukkan keseriusan demi terwujudnya mimpi ia mendirikan PAUD.
“Lama sekali prosesnya. Ini semua berkat kesabaran dan ihklas berbuat saja, Alhamdulillah dinas memberikan izin. Awal izin berat karena di sampingnya ada TK,” ungkapnya di Desa Tanak Awu, Kamis kemarin.
Wanita yang lahir di Singaraja, 27 Oktober 1976 silam ini. Merupakan anak pertama dari enam orang bersaudara. Ia menempuh pendidikan dasar atau SD di
Singaraja. Sementara MTs dan SMA di Situbondo, Jawa Timur di salah satu pondok pesantren.
Awal dia bertemu dengan sang suami di Singaraja saat tugas pertama menjadi anggota prajurit TNI sekitar tahun 1992. Sertu L Hijab tugas di Singaraja dari 1992 sampai 1998. Sementara tahun 1997 memutuskan untuk menikah setelah setahun pacaran.
“Tahun 1998 kami pindah ke NTB. mamiq tugas pertama di Korem. Tahun 1999 Mamiq pindah ke Kodim 1620 di sana hanya satu bulan dan pindah ke Koramil Pujut. Kami sempat tinggal dulu di rumah dinas Koramil,” cerita polos ibu dua anak ini.

Seiring perjalanan, tahun 2020 akhirnya bisa membangun rumah di Dusun Reak 1. Setelah menetap menjadi warga setempat, Yanik perlahan mulai bergaul dengan masyarakat di sana. Mempelajari karekter dan aktivitas para ibu rumah tangga (IRT).
“Saya awal muncul mulai menjadi kader posyandu. Dan alhamdulillah tahun 2005 posyandu kami di dusun juara 1 tingkat kabupaten. Kemudian ikut lomba wakili Lombok Tengah tingkat provinsi kami juara 3,” bebernya.
Waktu terus berjalan, Yanik bergabung menjadi anggota PKK di desa. Ia pun perlahan banyak yang kenal dan tahun 2007 dipercaya menjadi Wakil Ketua PKK di desa. “Tahun 2016 saya mendirikan PAUD karena dasarnya ada TK di dusun ini, dan itu dibangun swadaya,” tuturnya.
“Tahun 2017 akhirnya izin PAUD keluar dari Dinas Pendidikan,” sambungnya.

Setelah PAUD berjalan, tahun 2019 Yanik muncul ide ingin memberdayakan ibu rumah tangga (IRT). Dengan keinginan, sampah IRT dapat dikelola dan bernilai ekonomis. Ia pun mulai masuk Dinas Lingkungan Hidup dengan modal nekat. Hanya untuk mencari tahu program soal sampah. Hasil ada, Maret tahun 2020 ia pun mulai dilibatkan dalam sebuah pelatihan di dinas soal pengelolaan sampah. Sementara pascapelatihan dengan mengutus lima 5 orang. Perlahan ilmu ia peroleh.
Usai pelatihan, tidak lama istri TNI pun mencoba melakukan praktek mengolah limbah organik. Semua itu dari sampah rumah tangga yang dijadikan pupuk cair dan takakura.
“Awal kami coba memulai dengan 12 IRT saja. Kami nekat dan tahun 2019 kami bentuk bank sampah dengan nama Al- Haqiqi,” katanya.
Dalam membentuk bank sampah tidak semulus dibayangkan. Banyak kendala ia hadapi bersama anggota lainnya. Bahkan sampai-sampai ia bersama rekannya terjun langsung memulung sampah bahkan ada juga dibeli di luar. “Saya keliling cari sampah bahkan ambil di pandagang. Saya beli sampah an organic, kendala waktu itu transportasi tidak ada,” ungkapnya.
Karena ada kendala, pihaknya pun beralih ke sampah organik. Tidak sampai di situ, ia pun kembali cari ilmu di luar dengan study banding ke Ampenan, Mataram. Di sana ditemui ibu Aisyah sebagai pengelola sampah sukses. Ia pun dengan taka da rasa malu, meminta dibimbing. Spontan, Aisyah pun merespons dan langsung meminta Yanik menyiapkan lahan. Tak pikir panjang, ia pun gerak cepat dan memperoleh lahan kosong. Setiap hari anggota diminta setor sampah, pihaknya hanya menyiapkan ember sampah untuk IRT.
“Meskipun begitu masih banyak kendala juga kami temukan. Banyak warga tidak respons, malas urus sampah. Bahkan keluarga saya juga tidak dukung,” katanya.
Setelah ada hasil pengelolaan sampah menjadi pupuk, baru ada bukti baru. Pupuk dari sampah ini pun diambil ibu Aisyah. Bahkan paling minim diambil 1 ton.
Tidak sampai disitu, Yanik pun kembali putar otak. Ia nekat masuk ke kantor PT. Pertamina DPPU BIL, ia pun melakukan lobi agar diberikan dana CSR. Langkah cerdas dilakukannya dengan membawa nama warga lingkar bandara. Tidak lama, pihak pertamina melakukan survei. Ia pun langsung diminta membuat proposal. “Alhamdulillah kami dapatbinaan dari DPPU BIL berkat kegigihan,” katanya lagi.
“Baru setelah ada hasil di sampah, saya mulai memikirkan mendirikan KWT dan ini juga ada hasil. Kami dapat dukungan dari dinas kabupaten dan provinsi,” ujarnya.
Yang terbaru masih soal sampah, sekarang pihaknya tengah melakukan budidaya magot. Ini juga lebih jelas karena sudah ada pasarnya.”Ini sebentar lagi panen, secara otomatis ada hasil rupiah. Semoga ini bisa jadi motifasi untuk IRT yang lain di luar sana,” harapnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *