Masuk Pondok Harus Rapid Antigen, Siapkan Dua Program Unggulan
Pondok Pesantren (Ponpes) Abu Hurairah Mataram bediri sejak 2002 silam. Ponpes ini didirikan oleh Ustadz Fauzi Athar, Ustadz Mukti Ali Abdul Karim, dan TGH Mashun. Ponpes di bawah pimpinan Ustadz Fahruddin Abdurrahman itu memiliki program utama atau unggulan. Yaitu Tahfidz Alquran dan Bahasa Arab. Seperti apa ?
RAZAK – MATARAM
SENIN (19/04) sekitar pukul 11.30 Wita, wartawan Radar Mandalika menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) yang termasuk tempat pusat pendidikan agama dan pendidikan umum di ibu kota Provinsi NTB. Sebut saja, Ponpes Abu Hurairah Mataram yang lokasinya tidak jauh dari Universitas Mataram (Unram) di Jalan Majapahit.
Kedatangan wartawan Radar Mandalika di Ponpes Abu Hurairah disambut baik oleh Pembina Asrama Putra, Ustadz Jamaludin. Di salah satu ruangan, Jamaludin yang didampingi satu orang rekannya, memberikan informasi panjang lebar terkait program ponpes, kegiatan para santri sejak awal Ramadan 2021, aktivitas pendidikan di tengah pandemi Covid-19. Seperti apa?
Jamaludin mengutarakan, Ponpes Abu Hurairah selain mengajarkan pendidikan agama kepada para santrinya. Juga memiliki lembaga pendidikan formal di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag). Mulai jenjang SD, SMP, SMA, dan Madrasah Aliyah (MA). Selain siswa sekolah dasar harus tinggal di asrama pondok.
“Ada pondok putra dan pondok putri,” sebut dia.
Ponpes yang berdiri tahun 2002 didirikan oleh tiga orang tokoh. Yaitu Ustadz Fauzi Athar, Ustadz Mukti Ali Abdul Karim, dan TGH Mashun. Ponpes Abu Hurairan Mataram yang saat ini di bawah pimpinan Ustadz Fahruddin Abdurrahman itu memiliki program utama atau unggulan dalam pendidikan pondok.
“Disamping pendidikan umum,” kata Jamaludin.
Dia menyebutkan, program utama dalam pendidikan pondok (agama) yakni, hafal atau tahfidz Alquran dan Bahasa Arab. Dua program utama yang digembleng untuk para santri tersebut menjadi ciri khas atau unggulan dari Ponpes Abu Hurairah Mataram di mata publik.
“Dua itu yang kita target untuk anak-anak. Pendidikan agama lainya juga seperti kajian kitab kuning,” ujarnya.
Disamping transfer ilmu ujar dia, bahwa sehari-hari juga para santri selalu digembeng dengan pendidikan atau pembentukan karakter atau akhlak. Yakni peningkatan kualitas ibadah dan akidah. “Kegiatan santri 24 jam. Kalau bahasa pondoknya mulai bangun tidur sampai tidur lagi,” kata Jamaludin.
“Itu ada kegiatan pendampingan. Jam 04.00 Wita, anak-anak sudah dibangunkan untuk salat malam. Bahkan anak-anak minta dibangunin,” tambah pria asal Lombok Timur ini.
Karena di bulan Ramadan 1442 Hijriyah atau 2021 di tengah masa pandemi Covid-19. Berbagai kegiatan atau aktivitas di pondok tetap menerapakan protokol kesehatan (Prokes). Jalamudin mengutarakan, karena bulan puasa, para santri dibangunkan untuk makan sahur. Dilanjutkan salat subuh berjamaah di Masjid. Setelah itu kemudian para santri menghafal Alquran sampai pagi.
“Kalau selama Ramadan, tahfidz Alquran sampai jam setengah tujuh (06.30 Wita). Dilanjutkan setalah salat Ashar,” ujar Jamaludin.
Sekitar pukuk 08.00 Wita, dilanjutkan menghafal Matan di lapangan pondok. “Kalau untuk Ramadan full menghafal Matan. Kemudian biasanya ada percakapan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab antar santri dengan bimbingan dari wali kelas masing-masing. Untuk Ramadan masuk kelas jam 09.00 Wita,” ungkap dia.
Jamaludin melanjutkan, ada pembimbingan khusus Bahasa Arab bagi santri tertentu. Bimbingan selama dua hari dalam seminggu. Bimbingan Bahasa Arab bagi santri SMP bertujuan untuk melatih speaking atau kelancaran berbicara. Sedangkan, untuk santri SMA bertujuan agar memperdalam kaidah bahasa Nahwu.
Jamaludin berharap para santri lebih banyak membaca Alquran di bulan Ramadan. “Kemudian bimbingan tahfiz dua hari juga. Anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih dalam tahfidz. Anak-anak ditargetkan sehari bisa menghafal satu muka (setengah dari selembar bolak-balik ayat-ayat Alquran). Tetap kita arahkan anak-anak banyak ngaji,” kata dia.
Sembari menunggu waktu berbuka puasa. Para santri melaksanakan kegiatan membaca Alquran di Masjid. Mulai sekitar pukul 17.30 Wita. Untuk berbuka puasa, Ponpes Abu Hurairah menyiapkan ta’jil berupa nasi kotak. “Di Masjid mereka buka puasa,” tutur Jamaludin.
“Salat Isya setengah sembilan (20.30 Wita). Kemdudian dilanjut salat tarawih. Ada bagian khusus yang tangani salat tarawih. Sehingga ada yang satu jus dibaca per malam. Ada juga yang setengah jus. Sehingga rata-rata selesai salat tarawih jam 10 (22.00 Wita),” tambah dia.
Pelaksanaan salat lima waktu maupun salat tarawih di Ponpes Abu Hurairah Mataram tetap memperhatikan satandar prokes Covid-19 secara ketat. Bahkan para ustadz tidak boleh samaan salat dengan santri. “Untuk salat lima waktu kita di dalam dan anak-anak di masjid. Untuk salat tarawih, kita di lantai satu dan anak-anak di lantai dua. Jaraknya lebih dari 1 meter,” cetus Jamaludin.
Semua santri baik putra maupun putri mulai jenjang SMP dan SMA tinggal di asrama. Saat ini total santri putra SMP dan SMA sekitar 700 orang. Kalau santri putri jumlahnya lebih 800 orang. “Karena kelas X sudah pulang dan kelas XII sudah pulang karena selesai (ujian). Sekarang yang sisa di asrama (pondok) ada 120 putra. Kemudian yang putri ada 100 orang di asrama,” sebut Jamaludin.
Dia mengutarakan, banyak santrinya berasal dari luar daerah. Ada yang dari NTT, Bima, Dompu, Sumbawa, Bali, bahkan dari Surabaya. “Protokol agak ketat masuk di pondok ini. Anak-anak yang datang ke pondok harus antigen (rapid test antigen). Sampai di pondok ndak lansung bergabung. Tapi dikarantina dulu selama 5 hari,” terang dia. (*)