WINDY DHARMA/RADAR MANDALIKA AMBRUK: Kondisi jalan di bukit Alberto yang longsor akhir pekan kemarin. Penanganan perbaikan menjadi prioritas Pemda.

Kerusakan Proyek Revitalisasi Senggigi

LOBAR—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat (Lobar) akhirnya buka suara terkait longsornya dua bangunan revitalisasi Senggigi beberapa waktu lalu. Setelah melakukan rapat koordinasi dengan Balai Jalan Nasional (BJN), dan Pemprov NTB terkait penanganan longsor itu.

Dari hasil rapat, menurut Kepala Dinas PUPR Lobar, Made Artahadana, tindak lanjutnya akan lebih memprioritaskan penanganan dan perbaikan pada kedua titik longsor itu. “Kita belum masuk ke ranah teknis, tapi kita kedepankan dulu upaya penanggulangan untuk percepatan perbaikan,” terang Made saat ditemui kemarin.

Menurutnya dalam penanganan dua lokasi itu, Pemkab Lobar dan BJN akan sharring sesuai tanggungjawab masing-masing. Seperti pembangunan talud tebing oleh BJN dan Pemkab Lobar pada penataan trotoar. Sejauh ini sudah digelar dua kali rapat bersama BJN, Dispar, serta perwakilan Tim Gerak Cepat dari kementerian untuk membahas penanganan longsor.

“Kita akan melakukan penanganan dengan pola sharring sesuai dengan tupoksi,” jelasnya seraya menambahkan, pada rapat itu direncanakan penanganan dilakukan permanen. BJN pun akan membuat kajian teknis untuk perbaikan itu.

Sementara untuk titik longsor di Senggigi view atau di atas bukit Sheraton akan segera dilakukan penanggulangan kedaruratan. Sebab Dispar secara khusus akan segera melakukan penanggulangan darurat dan melakukan perbaikan trotoar di lokasi itu. Bahkan pihak kontraktor mengaku siap bertanggungjawab untuk memperbaiki pekerjaan yang rusak akibat bencana. Dalam waktu dekat Dispar akan segera memasang rambu-rambu permanen. Karena rambu-rambu yang terpasang sekarang dinilai tidak begitu efektif untuk mengingatkan para pengguna jalan.

“Untuk sementara hasil koordinasi, lokasi akan dipasang spandek sebagai penutup agar tidak menjadi perhatian,” terangnya.

Sedangkan untuk di titik bukit Alberto, pihak BJN melakukan langkah penanganan darurat untuk meminimalisir longsor dengan memasangkan terpal. Sembari menyusun desain penanganan permanen. 

“BJN juga secara khusus akan mengidentifikasi kondisi jalan yang ada, dari Ampenan hingga Pemenang. Sekaligus menyiapkan kerangka desain untuk memperkuat tebing yang ada di kedua titik ini,” jelasnya.

Penanganan juga akan melibatkan Balai Wilayah Sungai (BWS), karena menyangkut fluktuasi akibat hujan dan besarnya getaran gelombang laut. Sehingga dapat memprogramkan bagaimana pengamanan pantai dan tebing yang ada di lokasi tersebut. “Paling tidak bisa dipasang pemecah gelombang,” tegasnya.

Terhadap tebing yang ambles si kawasan Senggigi view, langkah permanen yang disiapkan oleh BJN baru dapat dilihat satu hingga dua bulan ke depan. Sedangkan untuk titik Sheraton harus menunggu satu dua bulan ke depan sudah bisa ditangani.

Sedangkan trotoar di Alberto, harus menunggu penanganan lebih lanjut untuk talud permanen yang akan dibangun BJN. Untuk urusan ini nampaknya memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Sementara terkait anggaran perbaikan, pembagiannya antaran pihak Pemda dalam hal ini dinas terkait dan kontraktor. Lantaran proyek itu masih dalam masa pemeliharaan.

“Nantinya tergantung dari internal Dispar selaku PPK proyek itu,” pungkasnya.

Terkait indikasi penyebab longsor, menurut Made, secara visual kejadian itu bisa disebabkan peningkatan air tanah yang berpengaruh pada labilitas jalan. Selain intensitas curah hujan saat itu yang lama turut menjadi salah satu penyebabnya.

Karena apabila air banyak masuk ke celah kecil dalam ruas jalan maka bisa turut berpengaruh. Selain itu, longsor juga dapat terjadi akibat getaran ombak yang cukup besar dalam beberapa waktu terakhir.

“Pengamatan visual, kita indikasi longsor terjadi karena peningkatan air tanah, akibat dari curah hujan yang tinggi,” ungkapnya (win)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *