KLU – Dalam rangka mengatasi persoalan sampah di Lombok Utara, pemerintah terus membangun sarana pengolahan sampah, salah satunya dengan membangun TPS 3R. Pada  anggaran tahun 2023 ini tercatat ada sebanyak tiga desa mendapat program pembangunanTPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Tiga desa tersebut diantaranya Desa Segara Katon Kecamatan Gangga, Desa Senaru Kecamatan Bayan, dan Desa Samaguna Kecamatan Tanjung.
“Tiga desa ini akan dibangunkan TPS3R tahun ini, nilainya sama masing-masing Rp 600 juta per unit dari sumber DAK,” ungkap Kabid Limbah B3 DLH Lombok Utara, Dewa Purwa kemarin.
Produksi sampah di Lombok Utara sendiri tercatat sekitar 30 ribu ton per tahun, dimana sampah menjadi persoalan klasik daerah, yang dari dulu sampai sekarang masih tetap ada. Oleh karenanya dengan dibangunnya TPS3R di sejumlah desa saat ini diharapkan dapat mengurai penumpukan sampah yang ada. TPS 3R sendiri merupakan sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan sampah yang bertujuan sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah dan dampak yang ditimbulkan.
Melalui TPS 3R bukan hanya persoalan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yang dapat dikurangi, namun juga nantinya akan dihasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis dari sampah yang diolah tersebut.
Disamping itu, projects pembangunan TPS3R tidak saja menyasar daerah di kawasan daratan namun dipulau wisata Gili juga jelasnya telah direncanakan untuk dibangun TPS3R. “Masterplan nya sudah dibuat nanti kita kolaborasi dengan Dispar karena ini masuk kawasan strategis pariwisata nasional, sehingga kita harapkan kita bisa cepat mengakses dana pusat untuk pembangunan TPS3R disana,” jelasnya.
Untuk lahan sendiri telah disiapkan daerah dimana untuk di Gili Meno disiapkan sekitar 20 Are, sementara di Gili Air sekitar 26 are.
Sementara itu, saat ini sampah yang ada di dua pulau itu jelasnya masih diangkut kedaratan lantaran belum adanya tempat pengolahan sampah, namun pihaknya berharap KSM yang ada dikawasan tersebut dapat mengurai sampah botol plastik sehingga nantinya petugas sampah dari DLH hanya mengangkut sampah residu yang tidak bisa diolah untuk selanjutnya dibuang ke TPS yang ada dijugil.
“Kita mengangkut sampah di Gili Air setiap hari kecuali hari Minggu, sementara untuk Gili Meno diangkut dua kali dalam seminggu karena volume sampah nya kecil disana,” bebernya.(dhe)