PRAYA – Suasana di rumah sakit umum daerah (RSUD) Praya sempat menegangkan, Selasa malam. Puluhan warga Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat numpuk di halaman depan rumah sakit. Mereka datang untuk menjemput paksa jenazah keluarga inisial IM asal Penujak. Warga marah-marah di rumah sakit disebabkan menolak jenazah IM dipulangkan dengan menggunakan protocol kesehatan covid-19.
Tokoh warga setempat, Sugimin mengaku menolak rencana pihak rumah sakit memulangkan jenazah IM. Apalagi akan dimakamkan dengan menerapkan protocol kesehatan covid.
Dia menceritakan awal mula masuk rumah sakit almarhum. IM sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit Cahaya Medika (RSCM) Leneng. kemudian di rujuk ke RSUD Praya. Adapun pasien meninggal tersebut sebelumnya sudah dilakukan swab PCR dan hasil negatif.
“Tidak logis kemudian saat pasien setelah meninggal baru dilaksanakan swab, sedangkan pada saat almarhum dibawa ke RSUD tidak di-swab,” katanya tegas.
Menurutnya, adapun kejanggal yang ditemukan pihak keluarga, apabila meninggal Covid-19 pasti semua tenaga kesehatan menggunakan prokes ketat dan lengkap saat melakukan pemantauan jenazah, namun kenyataan Nakes hanya menggunakan APD sederhana saja.
Makan dari itu, warga berani bertanggung jawab dalam pengambilan jenazah tersebut. Mengingat selama perawatan yang dilaksanakan di ruangan IGD biasa, bukan di ruang isolasi Covid 19, dan selama ini pihaknya bersma keluarga dapat bebas keluar masuk seperti biasanya.
Humas Satgas Covid-19 RSUD Praya, Dokter Yuda Permana yang dikonfirmasi Radarmandalika.id membenarkan kejadian penjemputan paksa tersebut. Dimana pihaknya bersama nakes lainnya dan aparat keamanan security dan polisi sudah berupaya dengan cara humanis dengan memberikan pemahaman dan terkait persoalan tersebut.
“Kami sudah berupaya semaksimal mugkin dengan persuasif upaya negosiasi dan penjelasan, tapi sebagian keluarga menerima dan sebagainya menolak,”ungkapnya.
Yudha menjelaskan, akhirnya pihak RSUD Praya dmemberikan jenazah dipulangkan secara normal namun disertai adanya surat pernyataan bermaterai.
Namun dia mengaku, sangat menyayangkan kejadian ini. Artinya untuk menekan kasus covid menjadi hancur berantakan, dimana kita ketahui banyak klaster-klaster yang berasal dari kerumunan dan keabaian prokes. “Malah kemudian akan menghadirkan klaster baru yakni kuburan,” tegasnya.(tim)