PRAYA – Beberapa waktu terakhir harga garam lokal di Lombok Tengah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Disamping itu, sulitnya memperoleh garam juga dikeluhkan sejumlah warga.
Salah seorang ibu rumah tangga, Nurul Aini menjelaskan, jika kenaikan harga garam sudah terjadi sejak bulan puasa lalu. Dimana kenaikan harga saat ini sekitar Rp 20 ribu hingga 25 ribu per karung ukuran 5 kilogram. Kemudian kenaikan juga terjadi setelah puasa dengan harga jual per karung ukuran 5 kilogram tembus Rp 65 ribu.
“Sejak awal puasa sudah ada kenaikan, sebelumnya Rp 30 ribu kita dapat satu karung ukuran lima kilo,” ujarnya pada Radar Mandalika, kemarin.
Kenaikan harga tersebut ungkapnya juga terjadi hingga saat ini. Dimana harga beli garam sudah tembus di angka Rp 75 ribu per perkarung ukuran kecil tersebut.
Mahalnya harga garam ini sebutnya cukup memberatkan bagi dirinya selaku ibu rumah tangga, sebab garam menjadi salah satu bahan dapur yang setiap hari dibutuhkan sebagai penguat rasa.
“Jelas memberatkan kami selaku ibu- ibu, karena belum untuk beli bahan lainnya, itukan butuh tambahan uang belanja jadinya,” keluhnya.
Hal senada juga disampaikan Aminah. Dimana sebelumnya para pengecer garam ungkapnya sering lalu lalang menjajakan barangnya ke setiap rumah. Namun beberapa waktu ini sudah jarang terlihat, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan garam dirinya terpaksa membeli ke pasar dan lokasi penjualan yang ada di pinggir jalan.
“Kalau sudah jarang pengecer, itu tandanya garam ini sudah mahal,” akunya.
Ditengah minimnya pemasukan keluarga saat ini, dirinya berharap harga garam bisa kembali normal di pasaran sebab di masa- masa sekarang petani sedang mengolah lahan, sehingga kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan garam dapur mereka.
“Walaupun mahal tetap kita beli, tetapi kami kesulitan karena sekarang musim tanam butuh biaya banyak untuk tanam tembakau,” sebutnya.
Sementara salah seorang penjual garam eceran, Mulianti membenarkan jika stok garam yang ada di penjual saat ini sangat tipis, bahkan untuk bisa berjualan para penjual garam membeli garam dari luar daerah sehingga harganya pun meningkat.
“Kalau dapat kita tidak seberapa, karena harga yang kita beli juga mahal,” ujarnya.
Dimana harga beli garam per kwintalnya tembus di harga Rp 950 hingga Rp 1 juta rupiah. Dengan harga tersebut ungkapnya tidak semua penjual bisa membeli lantaran pengiriman yang terbatas.
“Itu pokok dari garamnya saja, belum kita hitung ongkos antar dan bongkar muatnya,” sambungnya.
Menyinggung pemicu penyebab lain kenaikan harga, pihaknya menjelaskan hal ini terjadi lantaran para petani garam di Lombok Tengah dan juga Lombok Timur masih belum bisa melakukan produksi. Sebab selama beberapa waktu terakhir kondisi cuaca tidak menentu sehingga tambak garam tidak bisa menghasilkan garam karena terkena air tawar.
“Kalau sekarang sudah ada yang mulai menyiapkan, nanti kalau sudah banyak yang panen harganya juga akan normal,” katanya.(ndi)