Tokoh Dompu, Akhdiansyah saat menyempatkan Keris pada Anak di di Dompu Selasa (28/10).

DOMPU – Ada tradisi unik di Dompu yang terus dipertahankan sampai hari ini. Tradisi compo sampari – tradisi menyematkan keris kepada anak laki-laki yang akan dikhittan atau sunat. Keris dianggap sebagai simbol laki-laki kesatria, berani, kuat dan mandiri.

Bagi orang Dompu, anak laki-laki yang akan dikhittan yang berusia 9-10 tahun tak lama lagi akan beranjak menjadi manusia dewasa. Untuk itu nilai-nilai keberanian, karakter yang kuat dan mandiri ditanamkan sejak dini.

Penyematan keris biasanya dilakukan oleh tokoh masyarakat atau tokoh agama yang dihormati. Sambil membacakan sholawat dan do’a keselamatan bagi anak yang akan dikhittan.

“Saya selalu suka menghadiri acara-acara seperti ini. Bagian dari menjaga dan merawat tradisi lokal ke-Islaman di tanah Dompu” kata Akhdiansyah selaku tokoh masyarakat yang dipercayakan keluarga menyematkan keris kepada seorang anak yang akan dikhittan.

Tradisi compo sampari itu juga sebagai simbol hubungan Islam dan tradisi lokal di Dompu. Islam dan tradisi menjadi satu napas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dompu.

“Ini dilakulan sejak awal masa kesultanan Dompu Abad XVIII, sebagai bentuk akulturasi budaya lokal dengan Islam di dana Dompu” tambah anggota DPRD NTB kelahiran Dompu ini.

Baginya tradisi harus dijaga dan rawat meski menghadapi perubahan zaman serta tehnologi yang sangat pesat.

“Tradisi dan budaya adalah identitas asli kita yang harus diwaris kepada anak cucu, sebagai perangkat pikir, sikap dan tindakan. Lebih-lebih menghadapi kemajuan zaman dan revolusi teknologi yang massif saat ini” tambahnya. (jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *