MATARAM – Staf Khusus Presiden RI, Aminuddin Ma’aruf menegaskan dua misi gerakan Nahdiyin yaitu gerakan kebangkitan ekonomi (Nahdlatut Tujjar) dan gerakan kebangkitan ilmu pengetahuan (Tashwirul Afkar) masih “terabaikan” hingga saat ini.
Amin mengatakan jika merefleksikan satu abad sebelum lahirnya NU, ada tiga cikal berdirinya NU yaitu Tashwirul Afkar, Nahdlatut Tujjar dan Nahdlatul Wathan (gerakan cinta tanah air). Ketiganya merupakan misi pengembangan NU di tanah air. Sayangnya, 20 tahun pasca reformasi, ketika NU bisa menangkap arus
gelombang demokrasi dan masuk kedalam sistem pemerintahan, NU dilihatnya berhasil hanya pada gerakan Nahdatul Wathan saja.
“Kita tidak mampu mengkonversi kekuatan politik menjadi kekuatan ekonomi, membangkitkan kekuatan Tashwirul Afkar,” tegas Amin di acara Silaturahim Staf Khusus Presiden RI bersama PWNU NTB dan launching buku Ulama Lombok yang berlangsung di Mataram Senin (31/05) malam kemarin.
Amin menceritakan mendekati era reformasi tahun 1997 anak anak muda NU masih asik naek Metro Mini, dua tahun kemudian mereka sudah punya rumah dinas baru di Kalibata Jakarta. Ia menyebutkan Muhaimin Iskandar (Ketum PKB) di tahun 1994 hingga 1997 menjadi Ketua Umum PB PMII, dua tahun kemudian di tahun 1999 menjadi wakil ketua DPR RI dimana saat itu mendampingi Akbar Tandjung sebagai ketua.
“Posisi (seperti) itu membuat terlena sehingga melupakan embrio Nahdlatut Tujjar dan termasuk Tashwirul Afkar,” katanya mencontohkan.
Mantan Ketum PB PMII tahun 2014-2016 itu mengatakan gerakan cinta tanah air pada diri NU tidak ada yang meragukan. Di seluruh dunia dari Sabang sampai Merauke tidak ada yang meragukan kecintaan NU kepada bangsa Indonesia. Tetapi sadar atau tidak energi yang besar dalam membangkitkab ekonomi umat, menciptakan kebangkitan pengetahuan belum sepenuhnya fokus dilakukan.
“Padahal kita sadari Nabi Muhammad (SAW) saja tidak hanya didampingi oleh Umar bin Khatab sebagai simbol gerakan kebangsaan tapi Nabi (dalam berjuang) didampingi Usman bin Affan termasuk sahabat Ali Bin Abi Thalib merupakan simbol kaum intelektual (saat itu),” paparnya.
“NU harus mempunyai Usman Bin Affan yang baru sehingga pembangunan gedung PWNU NTB bisa cepat selesai,” tambahnya.
20 tahun kedepan, ia menganalisa akan datang sebuah zaman dimana murni terjadi kompetensi (persaingan) individu dibidang ekonomi. Eonomi menjadi kekuatan dimuka yang akan membukakan kemenangan umat.
Tahun 2045 juga diprediksikan 76 persen masyarakat Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan. Ini menunjukkan akan terjadi persaingan besar dalam sektor ekonomi.
“Hari ini saja jumlahnya sudah diangka 53 persen. Maka itu adalah tantangan bagi kita bagi NU,” pungkasnya.
Untuk diketahui Nahdlatul Ulama merupakan organisasi terbesar di Indonesia. NU berdiri pada 31 Januari 1992 (96 th). Berdirinya NU berawal dari tiga organisasi yang menjadi embrio atas lahirnya organisasi sosial keagamaan tersebut.
Tiga organisasi tersebut yaitu, Pertama Tashwirul Afkar adalah kelompok diskusi gagasan KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai upaya pembangkit semangat keilmuan pemuda dan santri agar melahirkan keilmuan yang produktif dan dirasakan oleh masyarakat.
Kedua, Nahdlatul Wathan adalah organisasi ini juga diprakarsai oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam membakar semangat warga Indonesia dalam memperjuangkan Indonesia sebagaimana dalam syair karangannya “Syubbanul Wathan”.
Ketiga, Nahdlatut Tujjar adalah sebuah upaya pemberdayaan ekonomi umat melalui usaha dan perdagangan agar mampu melahirkan unit-unit usaha produktif dan mengangkat kemiskinan menjadi menuju perekonomian mandiri. (jho)