Sejak Usia 2 Tahun Sudah Belajar Alquran, dengarkan Suara di HP
Rendi Purnama Hadi, 10 tahun merupakan anak yang memiliki keterbatasan fisik. Penglihatannya kosong sejak kecil. Namun ada kelebihan yang ia miliki. Bahkan lebih membanggakan lagi, Rendi diumumkan menjadi juara I dalam golongan anak-anak musabaqoh tilawatil quaran (MTQ) tingkat Kecamatan Jonggat.
FENDI-LOMBOK TENGAH
SUPARDI, 37 tahun dan istri Nurhidayanti, 27 tahun warga Desa Jelantik Kecamatan Jonggat masih merasakan bangga atas prestasi yang diraih anak pertamanya. Nama, Rendi Purnama Hadi usia 10 tahun. Rendi ditengah keterbatasannya sudah mempu meraih jura 1 tilawah Quran golongan anak-anak pada MTQ ke-XXIX tingkat Kecamatan Jonggat, 16 Juni kemarin.
Rendi anak kelahiran Jelantik, 23 Juni 2011 ini sejak kecil sudah gemar dan seni membaca Alquran. Rendi sering mendegarkan lantunan ayat suci alquran di HP milik orangtuannya.
Sang ayah Supardi menceritakan, sejak usia 2 tahun sudah mengajarkan anaknya untuk membca Alquran. Dia setiap hari mengawasi anaknya agar tetap konsisten mengulangi kebiasannya setiap hari untuk memperbaiki bacaan dan dibantu rekaman tilawah yang ada di HP.
“Bermainnya saya batasi, saya gembleng setiap hari harus mengulang dan mempebaiki hafalan,” ceritanya kepada Radar Mandalika, Rabu kemarin di kantor Desa Jelantik.
Pria yang tidak memiliki profesi pekerjaan tetap ini menuturkan, dirinya sendiri tidak memiliki basic terkait seni baca Alquran, demikian juga dengan sang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT), ia juga tidak paham seni baca Alquran. Namun sebagai orang tua ditengah keterbatasan ekonomi, memberikan support dengan mendatangkan seorang ustadz untuk melatih anaknya membaca Alquran.
“Belajar sejak satu tahun sudah bersama Ustadz Rijenal,” katanya.
Ayah berkepala dua ini juga menceritakan, dirinya tidak memaksakan anaknya untuk bekerja membantunya, namun dia bersama istri tertus membimbing agar setiap harinya sang anak mengunakan waktu setidaknya 3 jam lebih untuk latihan seni baca Alquran.
“Cita-cita saya mau jadi Qori,” sambung Rendi.
Sementara, sekarang Rendi sedang diuruskan untuk kebutuhan sekolah agar dapat mengenyam pendidikan seperti anak seusianya.
Sang ayah berharap, anaknya dapat mencapai cita-citanya dengan baik untuk mengharumkan nama baik keluarga dan juga tempat kelahirannya. Sebagai keluraga dengan ekonomi rendah, dia juga berharap adanya dermawan dan sekolah yang bisa memberikan biaya pendidikan gratis untuk sang anak.
Ditambahkan Kades Jelantik, Mariadi. Ia berjanji akan terus memberikan ruang kepada Rendi agar bisa melihat kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dengan keterbatasannya sebagai tunanetra.
“Kita berharap kepedulian lemabaga pendidikan dan pemerintah kepada anak ini,” kata kades.(*)