ilustrasi

PRAYA – Korban kasus dugaan penipuan dilakukan oknum wanita inisial FD asal Lombok Tengah terungkap ke permukaan. Korban dikabarkan begitu banyak. Mereka oleh FD dimintai uang dengan ‘menjual’ nama anggota DPRD NTB dari Dapil Lombok Tengah inisial LR. FD menjual nama LR dengan dalih akan diberikan program kegiatan melalui anggaran pokok pikiran (Pokir).
“Saya juga korban. Saya dimintai uang oleh ibu FD ini. Ya waktu itu saya dijanjikan akan diberikan anggaran untuk melanjutkan pembangunan pondok pesantren 2020 di Teduh. Sumber anggaran dari pokir dewan LR,” beber salah satu korban inisial MN.
Korban menceritakan dasar uang diminta. Wanita ini beralasan kepada para calon penerima bantuan kegiatan harus memberikan sekian persen uang kepada anggota dewan. “Ya untuk memuluskan saja. Tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada juga. Saya sekitar 10 juta total saya berikan secara bertahap,” ungkapnya.
Tidak hanya MN, masih banyak korban lain di bawah. Khususnya sasaran FD yang diduga seorang ASN di Lombok Tengah sejumlah pengurus ponpes. Sampai dengan sekarang kata MN, belum ada solusi dalam kasus ini. Namun pihaknya sudah menghubungi anggota dewan LR, ditegaskan jika pihaknya tidak pernah meminta siapapun untuk meminta uang.
“Kami pastikan pak dewan ini tidak begitu. Cuma saat kejadian itu, wanita ini sangat meyakinkan kami semua,” ceritanya.
Atas kejadian ini, dia meminta kepada pihak kepolisian Polres Lombok Tengah untuk menindaklanjuti. Bahkan dalam waktu dekat, MN mengancam akan menempuh jalur hukum.
“Semoga melalui media ini, pelaku membaca da nada etikad baik untuk mengembalikan. Ini murni penipuan,” yakin dia.

Sementara itu, anggota DPRD NTB inisial LR yang dikonfirmasi mengaku membenarkan ada kasus penipuan ini. LR membeberkan jika namanya ‘dijual’ kepada sejumlah pengurus ponpes.
“Saya berharap agar kasus ini segera ditindaklanjuti polisi Polres Lombok Tengah,” pintanya.
Atas kasus ini, LR mengaku sangat dirugikan. Belum lagi para tokoh agama pengurus ponpes jadi korban penipuan itu.”Saya taunya saat dihubungi para pengurus ponpes. Ada dari Sengkerang Praya Timur dan Nyerot Jonggat yang terbaru,” ungkap dia.
LR tidak mengetahui pasti jumlah uang diminta. Namun sesuai aduan yang ia terima bervariasi.”Insya allah saya tidak begitu. Makanya saya selama ini tidak pakai sopir bahkan staf karena khawatir dengan kasus begini. Saya saja ke kantor sopir sendiri sudah lama ini,” ceritanya.
Kepada para korban dan masyarakat Lombok Tengah. LR mengimbau agar tidak percaya kepada siapa saja yang membawa namanya dengan mengiming-imingi bantuan dan apa saja.”Saya tidak pernah minta atau menyuru orang. Dan itu tidak ada,” tegasnya lagi.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *