LOTENG—Sejumlah petani di Desa Ranggagata, Kecamatan Praya Barat Daya, mengeluhkan sulitnya mendapat giliran pengairan irigasi. Hal ini mengakibatkan lahan pertanian padi kekurangan air. Ancaman gagal panen pun di depan mata.
Salah satu petani, Usmayadi mengatakan, di panen yang kedua ini bisa dikatakan gagal panen akibat tidak adanya jatah air dari para pekasih sehingga memicu terjadinya kekeringan pada lahan persawahan petani dan mengancam sekitar puluhan hektare sawah gagal panen.
“Kami warga Dusun Kemek tahun ini merasa prihatin terhadap kondisi ini, sawah kami berada dataran bawah sehingga sangat sulit mendapat giliran air dari para pekasih,” ungkapnya.
Di samping itu, pihaknya sangat berharap saluran irigasi bisa diperbaiki dan menjadi atensi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah (Loteng). Juga pada para anggota DPRD Loteng agar memikirkan nasib para petani yang berteriak karena mengalami kerugian.
“Para dewan yang terhormat supaya jangan hanya mencari kita pada saat Pileg saja. Namun perhatikan kami sebagai rakyat kecil dan berikan kami solusi karena kami sudah banyak mengeluarkan biaya untuk modal penanaman,” cetusnya.
Menurutnya, saluran irigasi menuju Dusun Kemek ini perlu ada perbaikan. “Yang saya lihat induk besar di Desa Ranggagata sudah diperbaiki, kenapa kami belum,” sesalnya.
Kondisi demikian menjadi keluh kesah petani Desa Ranggagata tepatnya di Dusun Kemek. Kemudian Dusun Jati dan Berombong. Dimana, kondisi persawahan dan tanaman padi mereka sangat memprihatinkan akibat tidak adanya penjadwalan air yang tepat sehingga tanah persawahan kering dan retak-retak karena kekurangan air.
“Saluran irigasi sudah lama belum diperbaiki sehingga kelihatan berlumpur. Kalau ini diperbaiki dan dipasang batu kosong maka kami yakin air itu akan bisa mengairi sawah yang ada dataran paling bawah,” sebutnya.
Usmayadi melanjutnya bahwa areal persawahan yang dilanda kekeringan ini akan terus dialami masyarakat, sebelum adanya perbaikan irigasi. Kasihan petani yang telah mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Namun ujung-ujungnya 80 persen bisa dikatakan gagal panen.
“Kami berharap kepada pemerintah kabupaten khususnya kepada bapak Bupati yang terhormat dan para dewan untuk berikan solusi agar para petani tidak terus mengalami kegagalan dalam menanam padi, apalagi padi kami sekarang sudah mulai hangus dan gersang,” tutupnya. (cr-dni)