BUYUNG/RADAR MANDALIKA SEDIH: Ibu almarhum Dedi kiri dan adik kanan saat bercerita, kemarin.

Pernah Daftar Polisi, Janji Akan Umrah  Bersama Ibu

Almarhum Praka Anumerta Dedi Hamdani merupakan salah satu prajuti TNI muda yang bertugas di Titigi Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Dia merupakan pemuda dari Dusun Bagek Dewa, Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya. Di balik kepergiannya, banyak cerita pahit manis pernah dilaluinya.

BUYUNG-LOMBOK TENGAH

BERITA duka itu tiba-tiba datang. Semua keluarga tidak ada yang percaya kabar duka ini. Khususnya keluarga besar yang ada di Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah.

Tidak lama, satu persatu keluarga pun ada yang mendadak menangis histeris. Di antara percaya tidak percaya dengan kabar duka yang diterima.

Praka Anumerta Dedy Hamdani merupakan salah satu prajurit TNI. Dedi gugur saat menjalankan tugas di perbatasan Timur Indonesia. Dia tutup usia setelah ditembak kelompok speratis bersenjata (KSB) di Titigi Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada Jumat (22/1) dini hari usai salat subuh.

Dedi masuk sebagai prajurit TNI sejak tahun 2016 lalu, dari awal dia memiliki pencapaian karir yang dinilai baik, kebanyakan orang yang mengenalnya memiliki kepribadian yang baik dan tak pantang menyerah. Paman almarhum Dedi,  H Idham Khalid menceritakan seperti apa keponakannya ini.

 “Almarhum lahir 30 September tahun 1995, ia sempat gagal mendaftar di kepolisian pertama,” ceritanya.

Idham menambahkan, almarhum saat daftar masuk TNI AD sempat gagal diuji coba awal. Dedi pun tidak menyerah, tahun 2016 akhirnya dia lolos sebagai prajurit TNI di Raider 408. Pria yang di kenal rajin ibadah sejak kecil ini, pernah mengenyam pendidikan di Sanawiyah Miftahul Ma’rif, Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya dan melanjutkan ke SMAN 1 Praya Barat.

Almarhum yang merupakan anak pertama ini meninggalkan orang tua dan satu adik laki bernama Haikal Kusuma Jaya. Yang merasa kehilangan juga, calon istri almarhum, Dwi Laras warga Desa Pelambik.

Informasi yang didapatkan, Laras dan Dedi telah berpacaran sejak 11 tahun lamanya. Sempat ditelpon untuk pulang dan akan membelikan 10 gram emas sebagai mas kawin, ternyata kalimat tersebut menjadi rayuan terakhir Dedi belum lama ini.

Tak hanya itu,  Dedi juga sempat menjanjikan ibunya untuk pergi umrah berdua ke tanah suci Makkah jika nantinya dia dapat bertugas di Lebanon. Kabar ini langsung disampaikan ibunya Sarmiati. Ia menceritakan, dirinya saat ditelpon terakhir oleh Dedi satu minggu sebelum meninggal dunia. Malam itu Dedi sempat menelpon ayah, ibu dan kekasihnya. “Magrib Dedi telpon dan subuh sudah dikabarkan meninggal dunia. Saat saya coba telpon balik Magrib tetapi signal sudah tidak ada. Saya masih penasaran apa kalimat terakhir yang dia sampaikan,” tuturnya menangis.

“Dedi juga janjikan akan umrah bersama. Dia itu tulang punggung keluarga, sering juga melarang saya untuk kerja banting tulang di sawah. Ini yang buat saya sedih,” tambahnya.

Ingatan terakhir dari sang ibu, Dedi selalu mengingatkan pentingnya beribadah tak bisa ia lupakan. “Setiap nelpon selalu ingatkan jangan tinggalkan salat, puasa Senin Kamis dilakukan dan dia juga minta ibadah selalu ditingkatkan,” ceritanya.

Ibu juga menceritakan begitu banyak perjalanan pahit pernah mereka lalui. Saat Dedi usia 4 tahun, sudah ditinggalkannya merantau setelah berpisah dengan sang ayah. Meski kekurangan kasih sayang, Dedi tetap tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan dapat membanggakan keluarga.

Di tempat yang sama, anggota angkatan almarhum Dedi, Kun Tri Wahyudi mengaku sempat bermimpi aneh. Di balik itu, lettingnya ini memberikan informasi jika Dedi yang sedang bertugas dengan rekannya tengah diserang ke posko dan mengakibatkan satu rekan juga meninggal dunia. Almarhum Dedi juga kena tembak pasukan KSB.

“Itu informasi yang saya terima,” katanya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 469

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *