LOBAR—Piaga penghargaan Karisma Event Nusantara (KEN) diberikan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI atas Festival Perang Topat, Minggu (15/12). Event yang masuk dalam KEN selama dua tahun itu, sukses melestarikan tradisi budaya lokal yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Direktur Event Daerah Kementerian Pariwisata RI, Reza Fahlevi yang menyerahkan langsung piagam itu menilai Festival Perang Topat memiliki keunikan dan keungulan yang bisa menarik wisatawan datang.
“Hari ini kita sudah melihat (pelaksanaan event) sangat bagus sekali dan banyak wisatawan yang datang. Tentu harapanya bisa memberikan dampak positif pelestarian nilai tradisi bagi peningkatan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar,” terang Reza yang dikonfirmasi selepas acara Festival Perang Topat di Lingsar.
Festival toleransi beragama itu diharapkan bisa terus berkembang lagi kedepannya. Tidak hanya kembali masuk KEN namun juga menarik kunjungan wisatawan datang ke Lobar atau NTB.
“Promosinya bisa dilakukan lebih luas dan jauh-jauh hari. Kemenpar akan tetap mendukung terselanggaranya event perang topat ini,” pungkasnya.
Saat disinggung kreteria suatu event bisa masuk KEN, Reza menerangkan ada beberapa kreteria penilaian yang harus dilalui. Mulai dari sisi konsep, manajemen bahkan dari sisi cara penanganan lingkungan.
“Jadi penilainya dilakukan oleh curator-kurator provisional. Jadi setiap tahun kita memilih sekitar 110 event dan untuk 2025 insya allah Januari akan kita umumkan kembali,” pungkasnya.
Sementara itu, pada pelaksanaan festival Perang Topat ini tahun ini lebih cukup menarik. Sejumlah konsep penambahan baru dilakukan. Mulai dari pertunjukan tarian trandisional, prosesi pujawali hingga drama musical sejarah perang topat yang dipertunjukan putra putri Lobar.
“Event itu kualitasnya, karena tidak sembarang suatu event bisa masuk KEN. Kita sudah mendapatkan tahun kedua, karena tentu ada penilaian penilaian yang sangat detail dari Kemenpar di pusat,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Lobar, Agus Gunawan.
Selain itu, Agus Gunawan mengaku Pemda bersama pemerintah desa Lingsar, tokoh agama dan pemuda serta seluruh masyarakat setempat terus menyempurnakan event perang topat. Menurut Agus kekurangan dalam pelaksnaan event tersebut beberapa tahun lalu menjadi koreksi pembenahan event. Langkah itu berbuah manis dengan berbagai konsep baru yang ditampilkan. Mulai dari pameran benda pusaka, Photografi, hingga stan kuliner lokal.
“Sehingga yang tahun ini lebih berkualitas, dari sisi tampilan dan pelaksanaan lebih rapi. Kita memberikan kesempatan para UMKM kita, hingga kita libatkan sejumlah sangar seni lokal untuk atraksi, kita berdayakan sangar seni disini,” pungkasnya.
Tak hanya itu kolaborasi dengan Musium Nusa Tenggara Barat (NTB) dilakukan Pemda Lobar untuk Pameran benda pusaka peninggalan nenek moyang. Pihaknya berharap ini menjadi langkah cika bakal ada pembuatan Musium di Lobar.
“Dan kita berharap juga Festival Perang Topat bisa kembali masuk KEN tahun depan,” tutupnya.
Sebelumnya Penjabat Bupati Lobar, H Ilham melalui sambutanya mengatakan event perang topat warisan budaya yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Tradisi perang topat ini mengajarkan menjunjung tinggi toleransi dan harmoni antar umat beragama.
“Perang topat ini adalah warisan budaya luhur. Kita diwariskan nilai toleransi dan harmoni yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Semuanya ada di Lombok Barat,” ujarnya.
Perang Topat bentuk rasa syukur masyarakat muslim dan hindu atas berbagai karunia yang diperoleh. Warisan budaya non benda harus terus dilestarikan. Ilham berharap dukungan Kementarian pariwisata agar Event itu bisa terus masuk KEN.
Sementara itu Pj. Gubernur NTB Hassanudin menilai warisan budaya ini merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan bhineka tunggal ika di bumi nusantara. Ia berharap kegiatan ini dapat terus didukung oleh pemerintah pusat.
“Kegiatan ini memiliki nilai dan makna yang tinggi untuk menguatkan toleransi dan kebersamaan,” ujarnya. (win)