Taliwang-Tugas pemerintahan harus ditopang oleh tiga domain utama, yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil. Era sekarang maka sinergi dam kolaborasi seluruh komponen sangat diperlukan. Oleh karenanya dibutuhkan kepemimpinan yang adaftif, egaliter dan menjadi milik semua rakyat. Memberi keadilan dan kesejahteraan merata dan berpihak pada kepentingan lebih besar dan jangka panjang.
Pilkada sebagai salah satu proses melahirkan pemimpin di daerah harus dilihat secara jernih dan mengajak masyarakat pada pilihan politik yang bijak, terukur dan lebih baik dari yang ada.
“Sudah ada beberapa yang muncul, ada Pak Fud Wabup KSB, ada Pak Amar Sekda KSB, ada Ust NurYasin yang kembali akan terjun kontestasi, ada juga Pak Kahar Ketua DPRD bahkan sampai Bu Hanifah Istri Bupati saat ini juga mulai muncul baligonya,” ujar Peneliti dan Akademisi Deaguru Institute, Akhairuddin, S.PD.,M.Pd.
“Semakin banyak bakal calon, semakin besar peluang kita menghadirkan kader, tokoh dan putera puteri terbaik KSB,” tambahnya.
Namun, kali ini Peneliti Muda asal Kecamatan Sekongkang ini hendak mengupas salah satu bakal calon yang sedang viral dan jadi perbincangan di kalangan birokrat, politisi dan anak-anak muda di KSB.
Tertarik dengan tagline Doktor Najam, “KSB, Kita Sejahtera Bersama”. Melihat ini cukup berbeda dengan tagline yang diangkat oleh tokoh yang lain sehingga memberikan harapan terhadap perubahan ke KSB yang lebih baik.
Heru panggilan akrabnya menegaskan bahwa yang diinginkan oleh masyarakat Sumbawa Barat adalah kebijakan pemerintah untuk memaksimalkan potensi lokal daerah agar dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh warga dan memberi dampak ekonomi bagi warga Sumbawa Barat.
“Dan sepertinya harapan ini ada pada tagline yang diangkat oleh Doktor Najam yang tentunya akan berupaya mewujudkannya saat warga KSB memberinya kesempatan menjadi pemimpin di daerah kita tercinta nantinya,” katanya.
Ditanyakan apakah Doktor Najam cukup memahami persoalan di Birokrasi dan Masyarakat KSB? Akher malah balik bertanya? “Sisi mana sepanjang hampir 15 tahun sejak terbentuknya KSB, Doktor Najam berkiprah di KSB yang beliau tidak masuk dan terlibat?” jelasnya.
“Atas dasar pengetahuan, pengalaman dan memahami kondisi yang ada maka Doktor Najam, saya anggap menarik, memiliki kecakapan dan kapasitas memimpin daerahnya,” tegas Peneliti Muda KSB ini.
“Namun, kritik saya diawal-awal ini kepada Doktor Najam adalah
ketika menggunakan narasi KITA SEJAHTERA BERSAMA, artinya beliau sudah sangat siap untuk menjadi milik semua rakyat KSB. Tidak adanya konglemerasi bagi satu kelompok. Kata KITA tidak membedakan si kaya dan si miskin, suku, agama, golongan dan kelompok. Tidak memberi previlage bagi kelompok tertentu. Semua harus diberikan peluang dan kesempatan yang setara dan inklusif agar mau berkontribusi bagi pembangunan,” paparnya.
Terakhir Heru memberi analisa bahwa sebagai sesama akademisi. “Karena saya tahu beliau ini juga Dosen di berbagai Uniersitas di Mataram. Heru yakin Doktor Najam apabila maju, diberikan mandat oleh warga KSB dan berkesempatan memimpin daerah ini, beliau faham bagaimana mengatasi persoalan, meningkatkan kesejahteraan warga KSB dan memberi harapan pengelolaan SDA untuk warisan berharga bagi generasi mendatang,” tutupnya. (*)