MATARAM – Rencana Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mewujudkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional bakal terelisasi. Kepala Dinas PUPR NTB, Ridwansyah memimpin rapat bersama sejumlah stakeholder untuk membahas rencana Feasibilty Studies (FS).
Ridwansyah tidak menampik kebutuhan untuk pembanganunan SPAM regional ini terbilang besar. Kepastiannya setelah selesai hasil FS yang diperkirakan akan berlangsung 3 bulan.
“Belum ada yang pasti (sebelum selesai FS) tapi cukup besar (dibutuhkan) berkisar 1 sampai 3 triliun,” beber Ridwansyah kepada media, Selasa kemarin.
Untuk mewujudkan rencana tersebut Pemprov NTB akan melibatkan perusahaan swasta PT Fortum yang nanti akan bekerjasama dengan PT GNE yang merupkan BUMD Pemprov NTB. Saat ini alokasi sharing anggaran kedua belah pihak belum bahas teknis.
“Sekarang kita belum sampai kesana tapi kita baru susun MoU dalam rangka menyusun FS. Setelah FS selesai nanti lebih detail akan dibahas bagaimana pola kerjasamanya dan persentase pembagiannya berapa,” jelasnya.
Ridwan mengatakan pengelolaan SPAM Regional ini masuk kategori Business to Bussines (B to B). Sehingga kerjasama daerah dilakukan melalui PT GNE.
Konsekwensi dari MoU itu, Pemprov tidak menampik anggarannya akan disiapkan dari APBD. Dalam hal ini, sudah ada aturan membolahkan pemerintah bekerjasama dengan swasta.
“Ini tugas pemerintah tapi tentunya sudah ada aturan,” katanya.
Diakuinya pelibatan dana APBN juga diperlukan. Namun kondisi saat ini APBN terbatas apalagi APBD sehingga Pemprov perlu merangkul pihak swasta.
“Tapi tetap hitung-hitungan nya jelas,” ujarnya.
“Untuk merealisasikan SPAM regional ini sesuai RPJMD dengan menerapkan sistem KPBU. Sistem Kerjasama pemerintah dan Badan Usaha yaktu PT Fortum swatsa di Jakarta dengan pemrintah Pemprov melalaui PT GNE,” jelasnya kembali.
Ridwansyah menyampaikan, gubernur sangat mengharapkan SPAM Regional ini bisa terwujud. Pertama karena kondisi air di daerah tidak merata sama. Ada daerah yang kelebihan sumber airnya ada juga yang kekurangan terutama di kawasan Lombok Tengah selatan dan Lombok Timur.
Melalui konsep SPAM regional ini nanti akan ada lintasan air minum misalnya dari Lombok Barat airnya bisa dibawa ke Lombok Tengah dan Lombok Timur. Begitu juga sumber air yang di Kabupaten Lombok Utara.
Alasan kedua, lanjutnya Pemprov melihat cakupan layanan PDAM Giri Menang yang melayani masyarakat Lombok Tengah dan Lombok Barat baru 48 persen.
Alasan ketiga, pesatnya pembangunan di Kawasan KEK Mandalika seperti infrasturkur, perumahan, hotel cukup pesat dikarenakan untuk menunjang KEK sehingga kebutuhan air sangat diperlukan.
“Oleh karena itu kami semua berkumpul (rapat) mau menghitung berapa kebutuhan yang perlu dilayani,” terangnya.
Ridwansyah membeberkan, dalam rapat tersebut hadir juga dari BWS. Mengingat pembangunan SPAM regional ini selain harus tersedia sumber mata air juga harus disiapkan air baku permukaan, air sungai bahkan bisa juga memanfaatkan sumber Air Bendungan Meninting termasuk rencana revitasliasi 17 daerah irigasi yang ada di Lombok bisa dimanfaatkan. Pihaknya berharap BWS bisa lebih banyak menyumbangkan air baku. Apalagi rencannaya Bendungan Meninting dibangun selain untuk irigasi juga untuk air baku yang bisa dikemas menjadi air minum .
“Sehingga pak gubernur meminta supaya segera dilakukan kajian,” paparnya.
“Misalnya di Lobar dan Kota Mataram rata-rata airnya harganya Rp 4 ribu per liter. Maka SPAM regional silahkan saja membuat range harga tapi tidak boleh mahal. Harus mengacu kapasitas kemampuan (daya beli) masyarakat,” ungkapnya.
Investasi yang dibutuhkan di SPAM Regional ini seperti membuat jaringan (perpipaan) dan sebagainya. Guebernur meminta 3 bulan kedepan FS bisa selesai sehingga 2022 akan ada yang bisa mulai dikerjakan.
Ridwansyah mengatakan sebetulnya SPAM Regional ini sudah lama direncanakan. Bahkan tahun 2017-2018 sebelum gempa sudah dilakukan FS. Namun tindaklanjutnya di tahun 2020-2021 terhenti karena covid-19.
Selain FS nya waktu itu belum selesai juga ada data yang tidak singkron. Sebab hasil FS yang ternyata ada perubahan. Seperti perubahan sumber kaparitas air baku yang ada di Pulau Lombok ini sehingga tentu mengjasilkan hitungan tidak matang.
Untuk cakupan wilayah SPAM regional ini tahap pertama akan dimulai pemasangan jaringan dari Lobar ke Loteng dan menuju Lotim. Penyambungan irigasi dari Lobar ke Loteng sepanjang 12 KM. Berikutnya dari KLU.
Menurut Ridwansyah FS ini harus dilakukan. Jangan sampai SPAM regional sudah dibangun muncul masalah sehinga FS ini butuh kehati hatian. Menganalisa berapa air baku yang tersedia sehingga dapat dihitung berapa suplai dan dampaknya.
“Kita akan hitung berapa kebutuhan pelayanan. Di Lombok Tengah itu pipanya udah lama sekali sebelum tahun 76. Apakah masih cukup layak, efisien nggak melayani? Ini yang perlu kajian makanya FS nya bermain disitu,” pungkasnya. (jho)