BERSAMA: Para jamaah umrah asal Lombok saat pose di depan penginapan yang ada di Madinah, belum lama ini. (MOHAMAD AMIN FOR RADAR MANDALIKA)

MATARAM – Sebanyak 31 jamaah umrah asal Lombok, NTB terpaksa harus pulang ke kampung halaman dengan biaya sendiri dari Tanah Suci setelah menjalankan ibadah. Hal ini terjadi setelah mereka diduga ditelantarkan di Mekah dan di Madinah oleh pihak travel Darul Abidin, yang memberangkatkan mereka.

Salah seoarang jamaah umrah, Mohamad Amin menceritakan, dirinya bersama rombongan pada 19 April 2023 berangkat dari Bandara Internasional Lombok (BIL) ke Mekah melalui Malaysia. “Semua itu tidak sesuai dari ketentuan pesawat. Kita transit ke Kuala Lumpur. Dari Kuala Lumpur pun pakai Air Asia,” katanya, Jumat (12/5/2023).

Dilanjutkan, ketika rombongan jamaah umrah tiba di Jeddah semua serba dadakan. “Mulai dari muthawif yang dijanjikan yang mengurus kita pun kita lama menunggu di sana, karena semua dadakan. Di Jeddah kita ketemu sama muthawif, langsung dibawa ke Mekah,” ujarnya.

Di Mekah pun, kata dia, persiapan tidak ada. Hotel yang dijanjikan bintang 4 itu tidak ada dengan alasan tertentu. Sehingga jamaah umrah bersama muthawif tersebut pada waktu itu mencari penginapan sendiri. Itu pun mereka keliling untuk mencari penginapan. “Di Mekah akhirnya kita dapat penginapan kalau sekelas di sini losmes,” katanya.

“Pada hari pertama, kami sejumlah 31 orang itu ada tersisa kamar hanya tiga kamar. Yang terpenting bagi kita pada hari pertama itu adalah ada tempat menaruh barang. Terus terang saja seandainya kita berpikir kita ibadah sebenarnya tidak layak tempat (penginapan) itu karena di depannya itu tempat pembuangan sampah sementara. Pada hari kedua dan ketiga kita semua mendapatkan tempat. Jadi satu bed satu orang, dan jumlah kamarnya adalah enam kamar,” ujarnya.

Ia bersama rombongan jamaah umrah terpaksa menginap di tempat penginapan tersebut sampai selesai di Mekah. Karena dari pihak travel (Darul Abidin, red), katanya, tidak kunjung bertanggungjawab terhadap penginapan. “Kenapa saya mengatakan seperti itu, pembayarannya pun adalah kita bayar sendiri,” jelasnya.

“Pada awal berangkat pun dari PT menjanjikan bahwa ada katering. Ternyata di-katering pun tidak ada,” katanya lagi.

Dia melanjutkan, sampai hari kelima kemudian pihaknya ditagih untuk membayar penginapan itu oleh pihak penginapan. “Jadi pada waktu itu PT mengirimkan kita uang sejumlah Rp 20 juta untuk pembayaran penginapan. Sementara pembayaran penginapan itu sejumlah 10.350 Real yang harus dibayar. Sehingga, kita pun membayar sejumlah 6.400 Real di luar tanggungjawab PT,” ungkapnya.

Selanjutnya ia bersama rombongan jamaah umrah harus ke Madinah. Tapi kata dia, terkendala oleh travel Darul Abidin belum menyelesaikan pembayaran BRN di Muassasah. “Makanya kita membayar ke Muassasah sebanyak 5.265 Real atau senilai Rp 22.113.000. Nah, dengan surat pembayaran BRN ini atau di Muassasah ini kita bisa berangkat ke Madinah,” sebutnya.

“Akhirnya pada waktu itu jamaah kita tarek lagi sama-sama Rp 5 juta pada awalnya. Itu untuk makan di Mekah, untuk membayar Muassasah, untuk membayar penginapan, untuk membayar tasrih. Tasrih ini adalah untuk bisa kita izin masuk untuk ziarah ke Raudah di Madinah, itu sebanyak 1.120 Real,” ungkapnya lagi.

Begitupun di Madinah, kata dia, jamaah umrah mencari penginapan sendiri. “Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penginapan dengan bayar 130 Real per kamar dari total jamaah 31 orang,” ucapnya.

“Di Madinah sama di Mekah itu semua adalah biaya sendiri termasuk makan,” tegasnya.

Mendengar kabar bahwa pihak travel Darul Abidin tidak mampu membiayai jamaah untuk pulang. Oleh karena itu, katanya, pihaknya memutuskan mengumpulkan uang untuk membeli tiket. Nilainya pun bervariatif sesuai kondisi keuangan jamaah. “Pada waktu itu kita mengumpulkan masing-masing ada yang Rp 8,6 juta, ada yang Rp 7,5 juta,” sebutnya.

Dua hari menjelang pulang, ujarnya, mereka dibantu oleh KKM untuk menguruskan tiket mereka dari Jeddah ke Jakarta. Tidak hanya itu, KKM juga membantu mereka untuk makanan, air zam yang dibawa ke tanah air, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada KKM yang telah peduli terhadap mereka.

“Kami mengapresiasi dan sangat berterima kasih kepada teman-teman KKM,” ucapnya.

Diketuai, mereka pulang ke tanah air dari Jeddah ke Jakarta pada 8 Mei dan kemudian tiba di Bandara Lombok pada 10 Mei.

“Untuk tiket yang dari Jakarta ke Lombok itu kami minta bantuan kuasa hukum kami yang ada di Lombok untuk menjemput kita dan mengurus tiket dari Jakarta ke Lombok,” tambahnya.

Banyak masalah-masalah yang dihadapi para jamaah umrah baik di Mekah maupun di Madinah. “Karena bagaimana pun itu tidak sesuai yang mereka (pihak travel, red) janjikan. Di Id Card kami adalah hotel-nya hotel berbintang baik di Mekah maupun di Madinah, tapi kenyataannya adalah kita nyewa sendiri losmen. Ini masalah sebenarnya bagi travel itu sendiri yang tidak sesuai dengan janjinya. Perkara masalah mungkin hubungannya dengan bagaimana tentang keuangan dan sebagainya yang ada/oleh calo itu sebenarnya bukan ranah kita. Karena jamaah diberangkatkan oleh PT itu sendiri,” paparnya.

Ia bersama jamaah umrah lainnya merasa ditelantarkan pihak travel, karena semua tidak sesuai harapan. “Karena jamaah membayar sendiri dan menyewa sendiri tempat penginapan itu. Nah, seharusnya itu tanggungjawab-nya PT Darul Abidin,” tandasnya.

Sementara, Owner Biro Travel Haji dan Umrah Darul Abidin Cabang Lombok, Al-Habib Muhammad bin Salim Alkaff yang dikonfirmasi sebelumnya menegaskan, penelantaran jamaah umrah itu tidak benar. “Adapun fitnah penelantaran itu adalah hoax yg menyakitkan,” katanya melalui pesan WhatsApp (WA).(red)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 651

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *