Semua Kegiatan Diperkatat, Siapkan Kelas Unggulan
Nyaris semua santri atau santriwatir di Pondok Pesantren (Pontren) Tahfiz Annur Abhari di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri Lombok Barat punya mimpi khatam 30 juz Alquran. Semangat mereka menjadi penghafal begitu besar, di masa pandemic ini para santri tetap focus belajar.
JHONI SUTANGGA – LOBAR
PONDOK Pesantren Tahfiz Annur Abhari beralamat di Dusun Kerangkeng, Banyumulek, Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Jika anda masuk di lingkungan ponpes ini, anda pasti akan banyak melihat para santri kumpul di setiap sudut tempat. Mereka semua itu lagi focus belajar dengan kelompoknya melantunkan ayat suci Alquran. Dengan cara tutup mata alias belajar menghafal.
Di tengah pandemic covid-19 ini, belajar mengajar di ponpes satu ini normal. Namun, para santri selalu diingatkan dan menerapkan jaga jarak, menggunakan masker dan selalu mencuci tangan. Tidak ada halangan para santri untuk belajar kendati virus korona ini masih terus menyerang manusia.
Ketua Yayasan Ponpoes Tahfiz Annur Abhari, H Nurdin Ajiz Hidayatullah mengatakan, menghafal Alquran tidak mengenal usia, malah mereka mulai mendidik santri dari tingkat TK hingga yang berstatus sebagai mahasiswa.
“Porgam kami fokus di Tahfiz,” kata Nurdin di depan wartawan Radar Mandalika, Rabu kemarin.
Pontren Annur Abhari tidak menyediakan lembaga pendidikan formal. Bagi santri yang ingin bersekolah baik SD, SMP maupun SMA, pihak yayasan memfasilitasi mereka ke sekolah yang berdekatan dari Pontren. Bukan menafikan pendidikan formal melainkan Pontren yang berdiri sejak tahun 2016 itu hanya ingin menghasilkan santri yang khatam quran.
“Saat ini santri berjumlah 350 orang mulai dari TK sampai ada yang sudah jadi mahasiswa mondok di sini,” sebutnya.
“Yang paling jauh berasal dari Surabaya Jawa Timur dan dari Pulau Sumbawa. Banyak juga santri dari kampung di sini,” tambahnya.
Pihak yayasan menyiapkan juga khusus untuk kelas unggulan. Yang kelas unggulan itu mereka langsung diasramakan. Sementara santri dari wilayah terdekat mereka pulang pergi namun mereka diwajibkan mengikuti kegiatan menghafal dalam tiga waktu, bakda Asar, Bakda Isa dan bakda Subuh.
Hal yang berbeda dari Pontren yang berada di tengah perkampungan itu, kegiatan tahfiz tidak hanya dari santri saja melainkan juga diperuntukkan bagi masyarakat setempat.
“Kami juga membimbing masyarakat sekitar sini,” ucapnya.
Nurdin bercerita awal mula adanya Pontren itu dimana dimulai dari belajar mengaji anak-anak sekitar, namun dari delapan bersaudara lima saudaranya semuanya merupakan penghafal alquran.
“Kecuali saya yang memang latar belakang petani,” ceritanya.
Mereka mengelola Pontren bersama keempat saudaranya. Saudara keduanya bernama Maisun Hidayat sebagai Pimpinan Tahfiz, H Mahsun Alhikani sebagai pimpinan umum sekaligus sebagai tuan guru bagi santri setempat. Lalu H Muhsin Baharuddin sebagai perancang kegiatan (konseptor) pondok dan Muhammad Faizin sebagai Koordinator umum semua kegiatan Pondok. Nama Pontren itu diambil dari nama orang tuanya Hj Nurhasanah dan H Baharudin menjadi Annur Abhari yang artinya cahaya lautan Alquran.
“Tujuan utama kami mendirikan Pontren awalnya hanya ingin menjaga keluarga dari kebiasaan menghafal,” tutur ustad kelahiran 25 Oktober 1969.
Meski dirinya bukan seorang Hafiz, namun seiring berkembangnya Pontren semua pengurus yayasan dituntut juga bisa menghafal. Saat ini dirinya pun baru diangka belasan juz.
“Kalau anak-anak saya yang perempuan, Sofia Azizatul Falah sudah khatam. Yang laki-laki sudah belasan Juz hafalnya,” ceritanya.
Tidak seperti lembaga tahfiz lainnya yang harus membyar sekian juta, untuk Annur Abhari sendiri membangun Pondok dari keikhlasan para wali santri (sumbangan). Meski demikian dua tahun terakhir mereka tidak pernah merasa kesulitan secara finansial. Yang dirasakan cukup berat membangun pondok 2 tahun awal.
“Tapi sekarang Alhamdulillah. Lantaran alquran Allah memberikan kemudahan,” ucapnya.
Keberkahan alquran pun dirasakan dalam kehidupan sehari hari. Ia mengatakan hidup dengan alquran tidak ada bandingnya. Rizki selalu lancar, bathin tetap damai Pontren menjadi semakin besar.
Bagi Pontren itu pihaknya hanya menitipkan visi-misi alquran di kampung. Selain Hafiz bagi santri tetapi juga membimbing masyarakat setempat yang berkeinginan menghafal alquran.
Selain fokus di tahfiz, santri pun diajarakan bertani, berbisnis yaitu membuka usaha Depot Air Minum, pembuatan sabun cuci, termasuk juga ada usaha pangkas rambut.
“Selama kami berdiri kami tidak terlalu mengharapkan bantuan pemerintah. Biarkan kami jalan apa adanya saja,” ungkapnya.
Di musim pandemi ini ada banyak aktivitas pondok yang dirasa berbeda, misalanya kebersamaan. Banyak santri pulang, lalu berbuka puasa pun tidak bisa dilakukan setiap malam.
“Tapi semua kegiatan pondok ketat pemberlakuan Prokes Covid-19,” ulasnya. (bersambung)