RAZAK/RADAR MANDALIKA INSPIRATIF: Lalu Thoriq menunjukkan sampel kopi kualitas ekspor yang sudah dibungkus di kediamannya di BTN Pemda Lobar, belum lama ini.

Kopi Lombok Mampu Diekspor Sampai Korea

Biji kopi Lombok ternyata sangat berkualitas. Faktanya, permintaannya sudah merambah pasar luar negeri. Salah satunya diekspor ke Korea. Tahun 2020 saja, Lalu Thoriq akan mengekspor sebanyak 100.000 Kg (100 ton) biji kopi lokal. Seperti apa?

RAZAK-MATARAM

MINGGU (16/8), Lalu Thoriq menerima kedatangan wartawan Radar Mandalika di kediamannya di BTN Pemda Lombok Barat. Orang-nya ramah dan tidak pelit berbagi pengetahuan. 

Di tempat dia menerima tamu, terlihat mesin roasting kopi. Di meja dan rak kayu juga terlihat beberapa toplis. Yang di dalamnya berisi biji kopi asal Pulau Lombok. Ada jenis kopi Arabika dan Robusta.

Siapa sangka, Lalu Thoriq kini menjadi pengusaha ekspor biji kopi lokal asal Lombok. Dengan mendirikan UD Berkah Alam. Dia mempu memenuhi permintaan pembeli atau buyer asal Korea. Setelah kurang lebih selama 7 tahun, mulai dari tahun 1995-1998 dan 2005-20019, mengadu nasib ke Korea menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

“Selama di Korea kita melihat peluang juga kan. Banyak teman dan banyak link,” ungkap dia.

Lalu Thoriq menceritakan kisah perjalanan hingga menjadi pengusaha ekspor kopi. Berawal dari mengawali usaha di dunia pariwisata tahun 2009-2015 di Lombok. Dia membuat program tour bagi wisatawan. Tour ke air terjun, ke wilayah perkebunan kopi. Sekaligus mecicipi rasa kopi lokal waktu itu.

“Mulainya pertama kali di Sajang (Kecamatan Sembalun). Kemudian di Gangga (Lombok Utara),” ungkap dia.

Dari situ, salah satu group perusahaan di Korea, MYF Internasional tertarik dengan kopi Lombok. Selanjutnya, Lalu Thoriq mulai mengadakan riset ke petani kopi. Riset terkait hasil produksi kopi (kuantitas), konsistensi petani, dan kualitas kopi. Bahan riset kopi terbanyak di Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

“Tahun 2015 itulah Mr. Lim yang dulunya tour ke saya nanyain untuk mau beli kopi. Dia tertarik sama kopi Lombok. Tetapi tidak serta merta dia menghubungi, langsung kita kerjasama waktu itu. Dia riset kita lagi selama dua tahun. Mulai dari 2015-2017,” beber Lalu Thoriq.

Singkat cerita, tahun 2017 dia diundang ke Korea untuk mempresentasikan kopi Lombok ke group perusahaan Korea, MYF Internasional. Setelah itu akhirnya, terjadi kesepakatan kerjasama untuk mengekspor kopi lokal.

Tahun 2018, Lalu Thoriq pertama kali mengirim atau mengekspor kopi asal Gangga sebanyak 2.000 Kg (2 ton). Sesuai dengan standar kopi yang diminta group perusahaan MYF Internasional. “Tapi belum kita kirim dari Lombok. Saya belum tahu caranya waktu itu. Jadi saya masih kirim ke Jakarta. Kopi Lombok dikirim atas nama Jakarta,” ujar dia.

Dia mengatakan, potensi biji kopi di Gangga, Lombok Utara saja bisa mencapai 400.000 Kg (400 ton) dari sisi produksi. Yang ditanam di Hutan Kemasyarakatan (HKm) di atas lahan seluas 800 hektare. Namun, biji kopi standar ekspor saja yang dikirim ke Korea.

“Kebutuhan mereka 10 ton per bulan,” sebut Lalu Thoriq.

Selanjutnya tahun 2019, dia sanggup mengekspor sebanyak 20.000 Kg (20 ton) biji kopi ke Korea. Namun waktu itu, dia terkendala modal. Sehingga, yang terealisasi hanya 10.000 Kg (10 ton) saja. Atau hanya satu kontener dong.

“Waktu itu melalui SKA (Surat Keterangan Asli) Lombok sebanyak 15 ton. Dan sisanya melalui SKA Surabaya. Karena waktu itu saya terkendala modal. Saya jual lah PO-nya ke perusahaan Surabaya,” terang dia.

Sementara, sebanyak 100 ton biji kopi Lombok akan diekspor ke Korea di tahun 2020. Tinggal menunggu petani panen kopi. Dengan catatan, kopi yang diekspor tetap sesuai standar kualitas yang diinginkan buyer.

“Panen Agustus ini. Ini sedang masih saya siapkan. Makanya petani dari Lombok Utara sudah nelpon. Kita ngirim sekitar 100 ton. Target saya harus berhasil. Kalau ndak setengah-nya lah sesuai kemampuan,” kata dia.

Dia berharap kepada Pemprov NTB agar memperhatikan petani kopi. Dengan memberikan pelatihan kepada para petani kopi. Bagaimana cara membudidayakan kopi. Sebab, kualitas biji kopi asal Lombok khususnya tidak kalah dengan biji kopi di daerah lain.

Lalu Thoriq menilai pemerintah daerah masih setengah hati membantu pelaku usaha kopi. Faktanya, dia sendiri kurang mendapat perhatian dari Pemprov NTB. Alias belum ada bantuan sama sekali. Seperti mesin roasting kopi skala besar.

“Saya hanya dapat support dari Dinas Perdagangan NTB dari sisi perizinan saja,” tutup dia.(*)

100% LikesVS
0% Dislikes
Post Views : 758

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *