Ahyar Keluhkan Hasil Swab Lama Keluar
MATARAM— Wabah virus Corona atau Covid 19 akhirnya menyebar hingga ke ibu kota provinsi NTB. Tiga warga di Kota Mataram sudah dinyatakan positif terjangkit virus Corona. Ini berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan swab yang diterima oleh Pemprov NTB, belum lama ini.
“Maka Kota Mataram sudah dikategorikan sebagai daerah zona merah,” ungkap Wali Kota Mataram, H Ahyar Abduh, usai menggelar rapat bersama stakeholder terkait di Pendopo Wali Kota, Rabu (1/01) siang.
Hal tersebut menyusul tiga warga positif Corona. Mereka yang lebih dulu terkonfirmasi positif (31/03), yaitu laki-laki inisial LJ (44) asal Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, dan satu lagi laki-laki inisial YT berdomisili di Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela. Mereka masih dirawat di RSUP NTB, sejak 22 Maret dan 23 Maret 2020.
Belakangan, pada Rabu (1/01) sore, Pemrov NTB kembali mengumumkan hasil laboratorium pemeriksaan swab. Alhasil, warga inisila J (55) asal Dasan Agung, Kota Matara dinyatakan positif Corona. Pasien PDP yang sempat dirawat di RSUP NTB tersebut telah meninggal dunia pada Sabru (27/03) lalu.
Karenanya, Ahyar awalnya telah membagi penyebaran virus Corona ini menjadi dua klaster. Yaitu klaster Gowa, Sulawesi Selatan dan klaster Bogor. Pembagian dua klaster ini merujuk dari riwayat perjalanan dua warga positif Corona yang informasinya terlebih dahu diterima pihak Pemkot.
Diketahui, bahwa LJ belakangan terkonfirmasi positif Corona pascapulang dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk YT diketahui sempat melakukan perjalanan dari Kota Bogor, Jawa Barat, termasuk daerah terpapar Corona.
“Beberapa yang memang jadi fokus kita. Terus melakukan pemantauan, pengamatan itu beberapa klaster. Yaitu klaster Goa (LJ) dan kemudian satu lagi klaster Bogor (YT),” sebut dia.
Ahyar juga masih menunggu hasil swab sejumlah warga Kota Mataram yang masih dalam status Pasien Dalam Pengawasan (PDP). “Kita juga sedang menunggu hasil resminya,” ujar Wali Kota Mataram dua priode itu.
Pemkot sudah menyusun beberapa langkah pascaterdapat warga terpapar virus Corona. Langkah yang diambil akan fokuskan di dua lokasi yaitu Rembiga dan Kekalik Jaya. Pertama, melakukan penyemprotan disinfektan secara total. Kedua, melakukan tracking (pelacakan) guna mengetahui siapa saja yang sempat melakukan kontak fisik (berintraksi) dengan pasien positif tersebut.
“Mencari kontak-kontak fisik yang dilakukan selama ini. Kita sudah tekankan itu untuk terus dicari (warga lain) sampai di ujungnya,” tegas Ahyar.
“Siapapun yang sudah melakukan kontak dengan warga yang positif itu diIsolasi, masuk ODP (Orang Dalam Pemantauan). Ada pemeriksaan kalau memang ada lanjutannya atau ada gejala-gejala itu tentu kita naikkan jadi PDP,” imbuh dia.
Pelacanakan akan dilakukan semaksimal mungkin. Khusus untuk klaster Gowa, Ahyar menerima data sebanyak 60 orang warga kota yang akan mengikuti acara Ijtima Jemaah Tabliq di Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Turut serta yaitu LJ, pasien yang sudah dinyatakan positif Corona.
“Saya minta 60 orang ini untuk melakukan isolasi mandiri di tempat masing-masing. Kalau tidak mau mengisolasi diri, kita akan isolasi dan kita sudah siapkan tempatnya,” tegas dia.
Sebanyak 60 orang itu akan terus dipantau atau diawasi oleh Pemkot Mataram. Ahyar juga telah meminta Polresta Mataram, TNI, Pol PP Kota Mataram, camat dan lurah, serta masyarakat untuk melakukan pengawasan. Dia mengingat agar semua pihak jangan sampai menyepelekan situasi dan kondisi penyebaran wabah virus Corona. Faktanya, sudah ada warga di Mataram terpapar positif Corona.
“Kita ini sedang bekerja keras, berikhtiar untuk bisa memutus rantai dari penyebaran Covid 19. Jadi ini fakta, bukan lagi kita membayang-bayangkan,” jelas politisi Golkar itu.
Warga diminta untuk tetap tenang tapi selalu wapada. Terpenting adalah warga diminta untuk selalu mentaati imbuan dari pemerintah soal phycikal distancing. Jaga jarak dalam berintraksi, cuci tangan dengan sabun, tetap berada di rumah kalau tidak ada urusan urgent. Ini untuk mencegah penyebaran Covid 19 supaya tidak semakin mewabah di Kota Mataram.
“Terutama melaksanakan social distancing untuk tidak ada pertenmuan-pertemuan atau kerumunan-kerumanan. Kemudian juga menjaga jarak, mengurangi aktifitas ke luar kalau tidak ada yang urgent,” pinta Ahyar.
Dia juga mengeluhkan hasil swab yang lamban dikeluarkan. Menurut Ahyar, hasil swab warga yang menjadi PDP terbilang sangat lama diterima atau dikeluarkan. Dia menilai bahwa kondisi tersebut menjadi salah satu kelemahan dalam penanganan wabah virus Corona selama ini.
“Saya katakana itu suatu kelemahan. Karena kita sudah sekian hari menunggu baru ada kejelasan. Sementara dari hari ke hari perkembangan-perkembangan bisa terjadi akibat kontak-kontak (fisik),” pungkas dia.
Dia kembali mengungkapakan, persoalannya adalah rumah sakit di NTB atau di Kota Mataram belum tersedia alat uji laboratorium untuk bisa menentukan postif atau tidaknya hasil swab PDP Covid 19. Terlebih dahulu harus dikirim ke luar daerah. Hal itu kata dia, menjadi kelemahan karena tidak ada lab sendiri.
“Kalau lebih cepat kita tau kan, tentu ada langkah-langkah yang kita lakukan. Inikan berhari-hari kita tunggu hasilnya baru keluar,” ujar Ahyar. (zak)