MATARAM – Ketersediaan 11 komoditas pangan strategis sejak pandemi covid-19, diklaim masih terbilang aman. 11 komoditas tersebut yaitu beras, jagung, daging sapi, daging ayam, telur ayam, minyam goreng, gula pasir, cabe rawit, cabe keriting, bawang merah dan bawang putih. Dinas Ketahanan Pangan NTB menganilis stok ketersediaannya setiap hari yang masuk di pasar pasar tradisional. Perhitungannya tidak dengan masuk di setiap pasar namun hanya mengambil sampel di pasar tradisonal yang kategori besar.
“Itu laporannya setiap hari dari berbagai pasar yang ada di NTB. Ada petugas kita di sana yang menginput ” ungkap Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB, Muhammad Suaidi, kemarin.
Katanya, petugas setempat bertuga menginput data lalu melihat ketersediaannya satu pekan kemudian. Jika ditemukan ada satu komoditas pangan strategis yang rentan rawan maka solusinya bisa mengambil di kabupaten/kota terdekat.
Suaidi mengatakan, selama ini pangan strategis di NTB belum pernah mengalami rawan. Rawan itu stok yang kosong sama sekali. Beda halnya dengan rentan rawan yaitu kekurangan stok untuk minimal untuk satu minggu kedepan dari yang harus tersedia. Untuk mengukur kerentanan tersebut dilihat dari jumlah penduduk daerah setempat lalu dipadukan dengan tingkat konsumi dan ketersediaan yang ada di pasar.
“Kita (DKP) sebatas pemantauan kebutuhan pangan keluarga,” katanya.
Berdasarkan data DKP tertanggal 15 Maret, ada beberapa stok pangan strategis yang rentan rawan. Di antaranya, daging sapi yang mana ketersediaanya 452,88 ton. Kebutuhan dalam satu minggu sampai 22 Maret (hari ini) sebanyak 331,46 ton sehingga neraca (sisa) hanya 58,99 ton atau hanya untuk stok satu hari saja. Dari sepuluh kabupaten kota daerah yang kekurangan stok Daging Sapi yaitu Kota Bima, Lombok Tmur, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Kota Mataram.
Berikutnya, gula pasir ketersediaannya 1.304,63 ton. Kebutuhan satu minggu terakhir 583,17 ton sisanya 721,46 ton atau masih untuk 1,2 minggu. Selanjutnya minyak goreng, stoknya 2.186,80 ton terpakai satu minggu terakhir 726,39 ton. Ketersediaan sampai hari ini 1.460,41 ton untuk dua minggu. Sama halnya juga untuk bawang putih stoknya diangka 521,11 ton, kebutuhan satu minggu terakhir 175,65 ton, tersisa 345,46 ton untuk dua minggu. Berikutnya stok beras sejak 15 Maret lalu 55.825,98 ton ketersediaannya diperkirakan masih untuk 2,5 minggu.
Selain menganalisa tingkat kebutuhan konsumsi dengan ketersediaan stok, DKP juga tidak luput dari memantau harga komoditi pangan yang harganya melojak naek. Dari 11 pangan strategis itu ditemukan yang masih mengalami fluktuasi harga yaitu cabe rawit. Minggu lalu harganya per kg diangka Rp 110.000 menjadi Rp 125.000,-.
“Selama covid-19 ada gejolak harga seperti cabe rawit. Antisipasi itu kita (DKP) gelar pangan murah (GPM),”ungkapnya.
Langkah lain yang dilakukan DKP dalam mencegah rawan pangan dengan memberdayakan pekarangan rumah masyarakat dalam program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang dahulunya disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kelompok masyarakat yang ingin mengembangkan pekararangan mereka akan dibantu DKP berupa dana dan bibit sesuai kebutuhannya. (jho)