Kepala BRIDA NTB, I Gde Putu Aryadi dan Ketua MAS NTB, Lalu Sajim. (ist)

MATARAM – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali mengukuhkan komitmennya dalam memperkuat ekosistem riset daerah melalui penyelenggaraan Temu Mitra Riset Bidang Sosial dan Kependudukan Tahun 2025 di Mataram (26/11). Kegiatan mengusung tema “Kolaborasi Riset, Inovasi Sosial dan Kependudukan yang Inklusif Berkelanjutan Menuju NTB Emas 2045.”

Temu Mitra Brida itu menghadirkan beragam pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan OPD teknis, BRIDA/Bapperida kabupaten/kota se-NTB, akademisi, hingga lembaga swadaya masyarakat berbasis riset. Kehadiran para mitra ini mencerminkan semakin kuatnya kesadaran kolektif akan pentingnya riset sebagai dasar pembangunan sosial dan kependudukan di daerah.

Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi memaparkan arah kebijakan riset dan inovasi daerah. Dalam paparannya, ia menekankan urgensi kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat fondasi pembangunan sosial yang berkelanjutan. Kepala BRIDA juga memperkenalkan lima pilar penguatan riset sebagai strategi untuk menghasilkan konsep dan rekomendasi yang relevan, termasuk upaya mendorong budaya peresean agar dapat tampil dalam ajang FORNAS.

Koordinator Pokja Sosial dan Kependudukan BRIDA NTB, Lalu Suryadi, menegaskan tema yang diangkat merupakan respon terhadap minimnya kolaborasi riset antar-stakeholder sebagaimana diamanatkan Permendagri No. 38. Menurutnya, hasil riset tidak boleh berhenti pada laporan, tetapi harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat. “Implementasi hasil riset menjadi kunci agar pembangunan sosial dan kependudukan berjalan terarah dan inklusif,” ujarnya.

Acara berlanjut di Sesi Talk Show. Talk Show menjadi ruang diskusi yang hangat dan inspiratif. Narasumber pertama, Ketua Majelis Adat Sasak Lalu Sajim Sastrawan. Dia menyoroti pentingnya adat dan kearifan lokal dalam mendukung inovasi sosial. Ia mengingatkan bahwa sejumlah regulasi daerah masih belum dimanfaatkan secara optimal, sementara tantangan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memerlukan kerja bersama berbasis riset yang kuat.

Sementara itu, akademisi Unram Firmansyah mengulas kompleksitas penanganan kemiskinan ekstrem di NTB. Ia menegaskan bahwa riset merupakan fondasi penting dalam merumuskan kebijakan yang efektif.

“BRIDA adalah komandan dalam riset. Pengentasan kemiskinan harus ditempuh melalui penguatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, dan keberpihakan kebijakan berbasis bukti,” tegasnya.

Diskusi interaktif yang berlangsung menunjukkan tingginya perhatian peserta terhadap pentingnya integrasi antara kearifan lokal, kajian akademik, dan kebijakan pemerintah. Sinergi inilah yang diyakini menjadi landasan kokoh dalam mewujudkan pembangunan sosial yang inklusif dan berkeadilan.

Melalui Temu Mitra Riset ini, BRIDA NTB berharap jaringan kolaborasi semakin menguat dan kualitas riset sosial serta kependudukan di daerah terus meningkat, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata dalam perjalanan menuju NTB Emas 2045. (jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *