NUJUMUDIN FOR RADAR MANDALIKA DISEMBELIH: Seekor sapi jantan di Desa Selebung Rembiga yang baru saja disembelih karena peternak khawatir dampak terjangkit virus PMK.

PRAYA – Merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di Lombok Tengah jadi atensi pemerintah desa. Sebab, PMK ini bisa mengancam populasi sapi. Pasalnya, banyak sapi yang mati akibat serangan penyakit tersebut.

Sekdes Desa Selebung Rembiga Nujumudin mengatakan, sejauh ini di desanya sedikitnya ada delapan ekor ternak sapi mati. Yang mari itu kebanyakan anak ekor sapi yang baru berumur beberapa bulan. “Baru-baru ini ada dua ekor anak sapi mati,” ungkapnya pada Radar Mandalika, kemarin.

Pihaknya menyayangkan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan petugas kepada para peternak terkait PMK ini. Pasalnya, petugas baru terjun ke lapangan kalau ada laporan. “Kalau dipanggil baru datang,” cetusnya.

Kendati demikian, Pemerintah Desa Selebung Rembiga Kecamatan Janapria mengimbau para peternak agar memperhatikan kebersihan kandang. Sebagai salah satu upaya dalam mencegah penyebaran virus PMK. Dan, para peternak diminta untuk tidak was-was atau panik.” Tapi banyak warga yang panik,” ujar Nujumudin.

Di Selebung Rembiga tidak sedikit ternak sapi yang ditemukan mulutnya berbusa, tidak mau makan dan tiba-tiba jatuh. Hal ini membuat peternak jadi panik. Sehingga, bahkan ada sapi yang langsung disembelih. “Begitu jatuh langsung disembelih,” ujarnya.

Jika ternak sapi yang terjangkit PMK tidak segera ditangani kemudian mati, maka hal ini bisa mengancam populasi sapi. Selain petani, banyak juga warga desa Selebung Rembiga yang berprofesi sebagai peternak dan memiliki kandang pribadi. “Gak ada kandang komplek,” ungkap Nujumudin.

Sementara itu, Kades Beraim Lalu Januarsa Atmaja mengungkapkan, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan jika ada ternak sapi yang terjangkit PMK di desanya. Namun begitu penyebaran penyakit ternak ini tetap diantisipasi.

“Masih nihil. Mudah-mudahan gak ada,” katanya.

Dikatakan, Desa Beraim Kecamatan Praya Tengah masih zona hijau penyebaran virus PMK pada hewan ternak. Dia menyebut, PPL di desanya cukup rajin turun ke lapangan guna mengecek kesehatan sapi milik warga. “Babinsa dan PPL rajin ngecek ke lapangan,” ujar Januarsa.

Dia mengemukakan, di desanya memang belum ada kandang komplek. Sementara ini yang ada hanya kandang pribadi. Tidak adanya kandang komplek, menurutnya, kemungkinan menjadi salah satu faktor sehingga sejauh ini belum ada ternak sapi milik warganya yang terpapar positif virus PMK.

“Itu mungkin penyebabnya gak ada (sapi terjangkit PMK). Kita termasuk zona hijau,” cetusnya. (zak)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *