MATARAM – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal menilai Provinsi NTB sudah saatnya mempunyai Sekolah Tinggi Seni dan Budaya. Hal itu untuk mempermudah para pelajar untuk mengembangkan bakatnya.
Pria yang akrab disapa Dubes Iqbal ini menyebut, perguruan tinggi ini akan menjadi salah satu sebagai centre of challenge terhadap para pelaku seni dan budaya di NTB.
“NTB sudah lama tertinggal dengan daerah lain yang sudah sejak awal mempunyai perguruan tinggi kesenian ini. Seperti, Yogyakarta, Solo, Bali, Bandung, Jakarta, Padang dan Papua, ” katanya, saat menghadiri diskusi Artistalk di Taman Budaya NTB, Mataram, Sabtu (2/3/2024).
“Dengan adanya sekolah tinggi seni dan budaya ini seniman dan budayawan bisa mengekpresikan seninya, tapi juga menjadi centre of challenge,” sambungnya.
Pria kelahiran Praya, Lombok Tengah ini melihat perkembangan kesenian di NTB tidak mengalami kemajuan dan tidak mengalami transformasi ke alam kekinian.
Seperti halnya alat kesenian Gendang Beleq yang dilihat Lalu Iqbal masih sama dengan 50 tahun lalu. Begitu pula tari khas NTB.
“Banyak kesenian yang tidak bisa kita transformasikan ke alam kekinian. Jadi budaya berhenti di masa lalu,” imbuhnya.
Dengan begitu, orang luar daerah atau wisatawan yang datang ke NTB menyebut bahwa ruang kreasi di Gumi Gora ini selesai sampai masa lalu saja.
“Orang masih melihat seni dan budaya adalah masa lalu sehingga seni dan budaya di Lombok atau NTB tidak berkembang,” bebernya.
Ketua Asosiasi Diplomat Indonesia (ADI) ini juga menjelaskan, perguruan tinggi kesenian ini adalah solusi untuk dapat mentransformasikan seni di NTB.
Selain itu, ia juga melihat hal itu akan mampu memunculkan para seniman yang punya kreasi terbarukan.
“Karena tidak ada artinya galeri kesenian (art galery) berskala internasional. Jika sekolah tinggi seni belum ada. Kita harus menciptakan ekosistem seni sekuat dan sebaik mungkin,” ujarnya.
Pemikiran mendirikan sekolah tinggi seni dan budaya di NTB mendapat sambutan dari Ana Malika, peserta diskusi dari Sumbawa Barat.
Ana Malika menyebut, wacana adanya perguruan tinggi kesenian di NTB ini memang sedikit terlambat jika dibandingkan dengan daerah lain. Namun, ia menilai wacana Lalu Iqbal tersebut sangat solutif bagi para pecinta seni.
“Kehadiran sekolah tinggi seni ini memang terlambat, bahkan sangat terlambat. Tapi tidak apa-apa, daripada tidak mempunyai sekolah tinggi seni sama sekali,” kata aktivis perempuan ini.
Adanya sekolah tinggi seni akan sangat bermanfaat kepada generasi muda, khususnya Gen Z, untuk belajar kesenian. Tak itu saja, Ana menyebut bahwa sekolah tinggi seni ini juga memberdayakan pelaku seni di NTB sebagai pengajar.(rls)