FENDI/RADAR MANDALIKA Rinim

Rinim harus merelakan anak keduanya menghadap sang ilahi. Awalnya dia melahirkan di rumah kemudian di rujuk ke rumah sakit. Gara- gara butuh di oven, nyawa anaknya tidak tertolong. Berikut curhatnya pada Radar Mandalika.

 

FENDI-LOMBOK TENGAH

 

Wanita bernama lengkap Rinim, umur 18 tahun merupakan warga Dusun Pemoles Desa Batu Jangkih, Kecamatan Praya Barat Daya sempat menjadi perhatian di media sosial Facebook, dimana perjuangan melahirkan buah hati hingga di tandu warga lantaran tidak ada akses ambulans sampai ke rumahnya membuat warnet prihatin. Pada hari Sabtu pekan lalu dirinya hendak melahirkan anak keduanya setelah dikandung selama enam bulan.

Kepada Radar Mandalika dia menceritakan awal kejadiannya, dirinya hendak melahirkan. Dimana sekitar pukul 02.30 pagi dirinya merasa sakit pinggang, kemudian diperetus (bahasa sasak) karena ketemuk (bahasa sasak) oleh alamarhum kakeknya. Kemudian pada pagi harinya keluarga meminta agar dirinya pergi ke orang pintar untuk di jampi agar sakitnya hilang.

“Setelah itu saya rasanya ingin pergi buang air besar, namun ternyata anak saya yang keluar,” ceritanya.

Saat janinnya keluar dirinya pun sempat melihat buah hatinya yang segar dan menangis, sehingga kemudian oleh keluarganya dibawa ke Puskesmas Batu Jangkih.

Setelah anaknya sampai di rumah sakit, baru kemudian dirinya di tandu warga melewati jalan dan menyeberangi sungai baru kemudian bisa di bawa ambulans ke Puskesmas.

Setelah dilakukan perawatan di PKM, anaknya di sarankan untuk di rujuk ke RSUD Praya untuk di oven, namun karena masih memikirkan biaya dan menunggu persetujuan keluarga akhirnya nyawa sang buah hati sudah tidak bisa tertolong.

“Saya dirawat di puskesmas tidak sampai sehari, anak saya juga meninggal di puskesmas,” ungkapnya

Ibu muda ini juga menjelaskan kendati dirinya dibawa dengan ambulans namun dengan kondisi baru melahirkan dirinya sangat merasakan dampak dari akses jalan yang ada. Dimana dirinya harus terseok- seok di dalam ambulans karena jalan banyak lubang dan tidak rata, bahkan ambulans pun kesulitan untuk bisa jalan.

“Rasanya semakin capek, seluruh badan pegal dan sakit,” jelasnya.

Sebagai warga setempat yang juga kehilangan buah hatinya, dia berharap agar akses jalan tersebut bisa segera diperbaiki. Demikian pula dengan jembatannya bisa segera di bangun agar masyarakat lainnya tidak menjadi korban seperti yang dialami keluarganya.

“Harapan agar segera di perbaiki jalan, supaya bisa masuk ambulans,” harapnya.(*)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *