Lebih Bangga Dikenal jadi Seorang Marbot Dari Pada PNS
Ahmad Abas S.IP merupakan salah satu imam masjid Patuh Patut Patju, Lombok Barat sejak masjid itu diresmikan 2005 silam. Apasaja cerita yang dirasakan selama menjadi imam? berikut catatan wartawan Radar Mandalika.
WINDY DHARMA-LOMBOK BARAT
AZAN Zuhur berkumandang di Masjid Patuh Patut Patju (Pemda Lombok Barat). Kaki mulai dilangkahkan beranjak dari ruang kerja menuju masjid yang berada di kawasan Perkantoran Pemkab Lobar itu. Air keran mengucur mengusap bagian tubuh ketika pegawai hingga pejabat Pemkab Lobar berwudu. Seorang imam mulai memimpin salat selepas iqomah kumandangkan.
Salat berjamaah menjadi kesaharian rutin di Masjid itu sejak dibangun dan diresmikan April 2005 silam.Terlebih dibulan suci Ramadan jamaah masjid ini sangat banyak.
Ahmad Abas ialah salah satu imam masjid kebanganan Pemkab Lobar itu sejak 2005. Hampir 17 tahun hingga kini dia tak pernah jauh dari Masjid yang banyak membawa hikmah baginya itu.
Ditemui selepas salat Zuhur berjamaah, Kamis (7/4). Pak Abas sapan akrab Pegawai Bagian Kesra Setda Lobar itu menceritakan kisahnya selama menjadi Imam Masjid.
“Jangan Pernah Meninggalkan Masjid,” pesannya.
Diceritakannya, 2005 silam, ketika Masjid bantuan Yayasan Amal Bakti Pancasila yang diserahkan kepada Pemkab Lobar itu berdiri dan akan diresmikan pada April tahun itu. Belum adanya Takmir Masjid yang bertugas menjadi Imam, Muadzim, Khotib hingga Marbot yang mengurus masjid, membuat Bupati saat itu Iskandar meminta bantuan Kemenag Lobar untuk melakukan perekrutan. Sebelum peresmian Masjid itu dilakukan April 2005.
“Pak bupati meminta orang-orang yang dekat dengan masjid supaya saat dibutuhkan bisa cepat. Akhrinya melalui beberapa seleksi, alhamdulillah saya terpilih direkrut oleh pak Kemenag yang selanjutnya ditempatkan ke Pemda bagian Kesra untuk pengelolaan masjid,” terang pria warga Kelurahan Dasan Geres Kecamatan Gerung itu.
Usianya saat itu masih 31 tahun ketika lolos seleksi kemenag untuk menjadi Takmir Masjid bersama dua orang lainnya. Meski tak di SK-an menjadi Imam Masjid namun secara tidak langsung tugasnya merangkap semua. Termasuk memenuhui segala kebutuhan masjid.
Tugas menjadi Imam, Muadzim hingga penceramah tak terlalu susah dijalankan olehnya. Sebab, pria lulusan Pondok Pesantren (Ponpes) Addinul Qayyimu Kapek Gunungsari itu, sudah terbiasa menjadi imam hingga penceramah semasa menuntut ilmu.
“Kita juga sering dilibatkan mengisi doa untuk acara-acara, menjadi MC pada acara agama,” ceritanya.
Tanpa SK selama sembilan bulan setelah diangkat, membuat ia tak menerima bayaran apapun selama berkerja. Motivasi yang kuat membuat ia tetap ihklas menjalankan tugas itu. Meski honor diterima terbilang tak seberapa. Hingga rasa syukur tak henti terucap dari mulut bapak empat anak itu.
Bekerja di rumah Allah membawa banyak hikmah bagi dirinya. Terlebih dalam peningkatan derajat keimanannya. Termasuk berbagai hal urusanya didunia diperlancar Allah seperti status pegawainya. Dari masjid itu ia bisa diangkat dari honor menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jalur K1 pada 2012 lalu bersama temannya. Setelah melalui pemberkasan di 2010.
“Alhamdulillah penempatan saya dulu saat di masjid dengan Jabatan saya di Bagian Kesra nyambung. Honor saya ketika dulu di masjid, jabatan saya ketika menjadi pegawai negeri, pengelola hari-hari besar keagamaan,” bebernya.
Meski kini statusnya sudah menjadi PNS dan tak lagi mengemban jabatan Marbot Masjid. Tak lantas membuat ia ingin jauh dari rumah allah. Bahkan karena melekatnya jiwanya dengan masjid membuat ia diberi amanat menjadi badan tahmir masjid. Ia tetap dicari untuk segala urusan tentang masjid, dan dengan senang hati melakukan tugas itu.
Dia mengakui jika ia begitu bangga dikelan orang sebagai marbod masjid dari pada pegawai. Karena ia memulai dari masjid dan segala hal yang diperoleh karena dipermudah Allah. Hal itu dari rasa kecintaanya menjalankan tugas mulia merawat rumah Allah.
“Lebih dihargai orang melihat saya karena latar belakang pengurus masjid. Malah dulu saat kita bertiga melakukan pemberkasan di BKD untuk pengangkatan menjadi PNS, orang-orang BKD sangat menghargai kita dan banyak membantu kekurangan kita, karena mereka tau tugas kita,” jelasnya.
Tak hanya itu, karena masjid ia memperoleh jalan bisa menunaikan ibadah Umrah. Walaupun saat itu kemampuan ekonominya tak mampu membiayai untuk pergi ketanah suci Mekah.
“Alhamdulillah tapi bisa berangkat umrah melalui sini (melalui masjid),” ungkapnya.
Beberapa pejabat hingga bupati pernah di Imamin. Sebut saja nama bupati Iskandar, HL Izzul Islam, H Zaini Aroni hingga sekarang H Fauzan Khalid pernah ia Imami ketika salah berjamaah.
Ketika ditanya siapa yang begitu memotivasinya tetap dekat dengan Masjid, Abas tiba-tiba terhenti dan meneteskan air mata. Kenangan akan mantan Kasubagnya di Bagian Kesra Almarhum H L Fadilah kembali terbayang. Jasa Almarhum kepadanya hingga pesan mendiang almarhum yang selalu ia pegang sampai hari ini menjadi motivasinya. Membuatnya semakin terkenang dan meneteskan air mata.
“Beliau pernah pesan dan sangat saya pegang sekali, dia bilang begini sama saya, Pak Abas berdosa side(anda) kalau tinggalkan masjid ini. Itu yang membuat saya termotivasi,” ucapnya dengan mata berbinar.
Iapun berniat dan bercita-cita ketika pensiun nantinya, akan meminta untuk bisa tetap mengabdikan diri di Masjid Pemda Lobar itu. Sebab ia mengatakan dari masjid itu ia memulai dan dari masjid itu pula ia memperoleh apa yang didapatkan sekarang. Bahkan ia berpesan dan mengajak masyarakat muslim untuk jangan pernah jauh dari masjid.
” Jangan pernah jauh dari masjid, banyak berkahnya dan maanfaatnya, ndak susah kita kalau dekat masjid. Jadikan masjid itu rumah kedua kita, tidak ada yang sulit kalau kita bekerja di rumah allah,” pesannya. (bersambung)