IST/RADAR MANDALIKA MENGISI KAJIAN: TGH Syu'aib saat mengisi kajian di Masjid Agung Baiturrahim Tanjung, KLU, belum lama ini.

Sejak MA Sudah jadi Imam, TGH Syu’aib Jebolan IMNI Jakarta

 

Pulau Lombok dikenal dengan Pulau Seribu Masjid. Dari banyaknya rumah Allah ini, tentu didukung juga dengan kehadiran para imam masjid. Salah satunya, TGH. Syu’aib merupakan imam masjid di Kabupaten Lombok Utara.

AHMAD ROHADI-LOMBOK UTARA

TGH. Syu’aib, QH.M.Pd merupakan pria kelahiran Telok Kodek, 3 Januari 1969 silam. Dia memiliki perjalanan panjang dalam mengimami salat berjamaah di sejumlah masjid di Lombok Utara. Termasuk di luar Lombok Utara. Tokoh satu ini sudah didorong menjadi imam salat di masjid sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah Muallimin Pancor.

“Dulu ketika kelas 3 MA di Muallimin sudah mulai disuruh jadi khatib dan Imam masjid di kampung,” ceritanya kepada Radar Mandalika, pekan kemarin.

Baginya menjadi imam bukan sebuah hal yang dibanggakan atau menjadi impian. Akan tetapi prinsip hidup TGH. Syu’aib ketika umat mempercayai amanah itu maka jangan lari dari tanggungjawab tersebut.

Pria yang tamat Studi Magester di IMNI Jakarta ini pun lebih memilih untuk meningkatkan kualitas diri. Ia menilai tidak cukup menjadi imam, namun bagaimana kualitas ibadah dan salat berjamaah secara konsisten pun harus ditingkatkan.

Dia pun sangat konsiten melaksanakan salat berjamaah secara rutin. Sejak duduk di bangku MA kelas I dirinya nyaris tidak pernah meninggalkan salat secara berjamaah. Dimana saat itu ceritanya, TGH. Ruslan Zain dari Kembang Kerang menerangkan fadilah salat berjamaah, sejak itu ia mulai menyadari penting dan manfaat besar dalam salat berjamaah.

“Selama setahun itu, saya satu kali tidak dapat salat berjamaah yakni pada waktu ashar, gara-gara pulang dari Pancor ke rumah, akibat mabuk kendaraan kala itu saya hampir tidak sanggup jalan. Saya sampai di rumah pun semua orang sudah selesai salat ashar,” ceritanya.

katanya, menjadi imam selain memiliki tanggungjawab besar, namun di balik itu juga ada  manfaat besar bagi pribadi. Baik kepada perubahan mental dan kualitas keimanan, salah satu hal pengalaman menarik bagi TGH Syu’aib juga yakni memperluas silaturrahmi. Salah satunya ketika masih tinggal di Sukabumi kala itu dia sering membawa anak santri dan keluarga berobat ke salah satu praktek dokter dijadwal sore.

Ia melanjutkan, di tempat itu ketika memasuki salat Ashar tuan guru ini sering diminta mengimami salat magrib di masjid atau musala dekat tempat praktek dokter.

“Di sana banyak dokter menjadi makmumnya disamping juga ada pasien,” tuturnya.

Dari sana dia pun dikenal oleh para dokter yang kerap menjadi makmumnya, semua dokter yang menjadi langganan berobat  itupun menjadi sangat baik kepada dirinya dan para santri yang dibawa berobat.

“Suatu ketika anak pertama kami sakit dan dokter sedang di Singapura, sudah dibawa ke dokter spesialis anak dan obat sudah diminum tapi tidak ada perubahan. Lalu saya telpon dokternya yang masih di luar negeri namanya dr. Jefry sepesialis anak. Saya ceritakan sakit dan gejalanya beliau tuliskan resep obatnya dengan SMS, masya Allah mujarab dan Allah sembuhkan anak kami,” ceritanya lagi.

Tuan guru yang juga Pimpinan Ponpes Al-Kautsar Telok Kodek mengajak semua pihak untuk terus menambah kwalitas ibadah menjadi lebih baik. Pada momentum bulan Ramadan ini pun dia mengajak untuk menamakan rasa  syukur karena dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadan, bulan dimana  penuh ampunan.

Ramadan ini kata TGH Syu’aib, sepatutnya dijadikan sebagai madrasah yang mendidik jiwa  untuk menjadi pribadi soleh bukan kesalehan personal tetapi menjadikan kesalehan sosial. Hal itu diwujudkan dengan rasa empati kepada orang lain terutama yang membutuhkan bantuan.

“Maka marilah kita ulurkan tangan kita dengan banyak memberi sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya,” tutupnya.(bersambung)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *