Sempat Dilarang Orang Tua, Diam-diam Berangkat Lomba
Sebagai anak petani dari daerah pedesaan, bukan menjadi alasan bagi Marwatun Juliastari untuk mengembangkan diri dan meraih prestasi di kancah internasional.
FENDI-LOMBOK TIMUR
DIA lahir di Menceh, 26 Juli 2004, beberapa waktu lalu mampu memberi senyum gembira bagi orang tua dan sekolahnya. Dia meraih medali perunggu pada ajang internasional Pencak Silat Camp yang digelar beberapa waktu lalu di Bali.
Prestasi ini tentunya tidak dia dapat semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus kerja keras dan penuh kosentrasi untuk mengharumkan nama sekolahnya. Untuk mempersiapkan itu, keseharian Lia panggilan akrabnya, tidak sama seperti teman lainnya, di waktu istirahat ia gunakan untuk mengolah kosentrasi dan melatih gerakan- gerakan demi pemantapan gerakan. Saat pulang sekolah dia harus tetap di sekolah untuk berlatih hingga sore hari, demi melatih ketangkasan dan ketepatan gerak dan pukulan.
Kebiasaan ini menjadi keseharian sosok Lia, anak dari pasangan Marwan dan Halimah.
Sebelumnya, dia juga pernah mengikuti kompetisi sejenis yaitu kejuaraan Popda namuan nasib belum memihak, ia kandas di-per empat pinal. Pelajaran ini seolah membuat ia yakin dengan usaha kerasnya ia dapat meraih juara demi mempersembahkannya kepada kedua orang tuanya.
Perjalanan mengikuti even ini juga tidak semulus teman- temannya yang lain, berawal dari ia tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk ikut silat, sehingga secara terpaksa ia ikut secara diam- diam.
“Saya ikut sial, pernah saya sakit, lecet pas latihan, orang tua bilang pindah dah sekolahnya kalau kamu latihan silat,” ceritanya pada wartawan Radarmandalika.id.
Lia mengaku menyukai bela diri sejak kecil, saat itu ia sering melihat orang latihan di sekitar rumahnya, seni, perlindungan diri, banyak event seolah menghipnotis dirinya untuk ikut mengamvil bagian, miskipun harus secara diam- diam.
Lia menceritakan, saat minta izin untuk ikut lomba, berharap semangat malah dilarang, kekhawatiran orang tuanya seolah memenjarakan prestasi dirinya. Dengan tekat yang kuat dan didorong oleh pihak sekolah, keputusan sulit ia ambil, berangkat demi meraih cita- cita dan masa depan.
Meraih prestasi di bidang tersebut, dirinya ingin fokus menatap masa depan dan bermanfaat untuk orang banyak, dia berpesan untuk menggugah dirinya tetap mempertahankan prestasi yang pernah diraihnya.
“Jangan terlalu dikekang, soalnya saya tipenya tidak mau dikekang, selama itu positif,” ujarnya.
Lia juga bercita- cita ingin menjadi korps wanita angkatan darat (TNI AD) untuk bisa membantu yang lemah dan menindak setiap kekerasan. (*)