IST/RADAR MANDALIKA MENUNJUKKAN: Lia Apriana saat menunjukkan masker transfaran buatannya.

Awal Buat Masker untuk Dibagi ke Warga, Sekarang Dibanjiri Pemesan

Usaha apa saja di tengah pandemi covid-19 ini, semua dituntut lebih kreatif. Jika tidak ancamannya bisa gulung tikar. Demikian dilakukan Lia Apriana seorang penjahit kopiah dari Dusun Bangket Dalem, Desa Kediri Selatan.

FENDI – LOMBOK BARAT

DAMPAK pandemi covid-19 menghancurkan nyaris semua sector usaha. Tidak terkecuali sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sama halnya dirasakan Lia Apriana. Usaha menjahit kopiah yang secara turun temurun dijalankan, Lia sendiri kini terancam tutup. Ini disebabkan banyak sekolah tutup termasuk ibadah haji dan umrah ditiadakan.
“Sejak tahun 2020 awal covid, sekolah- sekolah tutup yang biasanya membeli kopiah para santri, anak- anak TK dan PAUD. Apalagi semenjak ibadah haji ditiadakan, bisanya kita jual ribuan kopiah haji kita kirim sampai Surabaya bahkan Makkah, sekarang sudah tidak lagi,” ceritanya kepada Radar Mandalika, pekan lalu.
Ibu dua orang anak ini menjelaskan, selain sebagai penjahit juga dia menjual tas-tas souvenir has Lombok kepada wisatawan, namun ini juga terdampak covid. Tidak ada kunjungan wisatawan dan juga pembatasaan aktifitas agar tetap di rumah membuat usahanya jatuh total.
Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, wanita 32 tahun ini mulai melihat kebutuhan masyarakat di tengah pandemi. Kebutuhan masker untuk melindungi diri dari virus covid-19 sangat dibutuhkan sekarang, namun ketersediaan barang tersebut masih minim. Berbekal keahlian menjahit kopiah yang dia tekuni sejak di duduk di bangku SMA, kini ia memanfaatkan bahan seadanya untuk memproduksi masker.
“Saya buat dari jilbab karena waktu awal mula covid kita tidak diizinkan keluar rumah, maka saya menggunakan kain seadanya dan saya bagikan secara gratis ke keluarga dan tetangga terdekat,” ungkapnya.
Tak lama setelah menyebar masker, Lia mendapat job pertama pembutan masker dari kepala desa setempat sebanyak 50 pcs. Dia juga mengaku pernah diminta untuk menyulap kain dan jilbab yang diberikan dari istri sekda Kabupaten Lombok Barat sebelum bisa berbelanja ke pasar.
Seperti air mengalir, wanita ini terus dikejar ribuan permintaan masker mulai dari PKK Lombok Barat, Gabungan Organisasi Wanita, dan juga Darmawanita. “Hampir setiap harinya kami menjahit seribu masker, pembelian masker oleh PKK untuk dibagikan ke masing- masing posyandu di NTB berjumlah 30 ribu masker selama empat bulan,” bebernya.
Selain itu, berkat jaringan yang dimiliki, masker produksinya juga dipesan oleh yayasan plan. Awalnya yayasan memesan masker biasa, namun melihat kebutuhan dan konsen yayasan untuk membantu anak disabilitas. Dirinya diperkenalkan untuk bisa memproduksi masker taransfaran agar bisa digunakan untuk anak tuna rugu.
Dari perkenalan video masker transfaran yang diberikan yayasan plan, dia kemudian mengkreasikan transfarannya lebih kedepan agar tidak susah bernafas dan kelihatan gerak bibirnya.
“Saya akan memperkenalkannya kepada sekolah masyarakat dan instansi agar dapat digunakan oleh disabilitas,” katanya.(*)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *