MATARAM – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani menyatakan dukungannya terhadap langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang melarang anak-anak memainkan gim daring Roblox. Larangan tersebut dinilai sebagai upaya preventif untuk melindungi peserta didik dari paparan konten kekerasan dan perilaku negatif yang dapat ditiru.
“Gim daring seperti Roblox ternyata berdampak sangat mengkhawatirkan, terutama karena mengandung konten kekerasan dan bullying. Banyak kasus kekerasan di sekolah yang setelah ditelusuri, ternyata dipengaruhi oleh gim online,” ujar Lalu Hadrian Irfani kepada media usai menjadi keynote speaker di acar Workshop Pendidikan yang berlangsung di Mataram, Sabtu (09/08).
Menurut data yang dihimpun Komisi X, sebanyak 65 persen siswa di Indonesia menghabiskan waktu minimal empat jam per hari untuk bermain gim daring, belum termasuk waktu yang digunakan untuk mengakses media sosial. Kondisi ini dinilai berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan prestasi akademik siswa.
“Contohnya, Komisioner KPAI menginformasikan kepada kami bahwa ada seorang siswa di Kota Semarang yang enggan bersekolah karena kecanduan bermain gim di ponsel. Ini tidak boleh terjadi. Kami berharap dinas pendidikan di kabupaten/kota ikut mengawasi secara ketat,” kata Lalu Hadrian.
Anggota DPR RI Dapil NTB 1 ini juga mendorong agar pemerintah segera merumuskan regulasi yang tidak hanya membatasi akses terhadap gim daring berbahaya, tetapi juga mengatur waktu penggunaan gawai oleh siswa. “Di beberapa negara, pembatasan penggunaan ponsel sudah mulai diterapkan. Kita perlu belajar dari sana,” tambahnya.
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa anak-anak usia sekolah dasar belum memiliki kemampuan intelektual yang cukup untuk membedakan antara adegan nyata dan rekayasa dalam gim. Ia menyebut anak-anak sebagai peniru ulung yang dapat meniru tindakan kekerasan yang mereka lihat dalam gim daring.
Kekhawatiran serupa juga muncul dalam riset yang dilakukan oleh lembaga Revealing Reality, yang menunjukkan bahwa anak-anak sangat mudah menemukan konten tidak pantas dan berinteraksi tanpa pengawasan dengan orang dewasa di platform Roblox. Studi tersebut mengungkapkan bahwa banyak orang tua melaporkan anak-anak mereka mengalami kecanduan, trauma, dan bahkan didekati oleh orang asing melalui aplikasi tersebut.
Pihak Roblox sendiri mengakui adanya risiko paparan konten berbahaya dan interaksi dengan “orang jahat” di platform mereka. Mereka menyatakan tengah berupaya memperbaiki sistem keamanan, namun menekankan perlunya kolaborasi lintas industri dan dukungan regulasi dari pemerintah. (jho)