JHONI SUTANGGA/RADAR MANDALIKA KETERANGAN: Dari kiri, Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak, dr Sang Ayu K Indriyani, Direktur RSUPD NTB, dr Lalu Hamzi Fikri dan Kadikes NTB, Nurhandini Eka Dwi saat memberikan keterangan kepada media, kemarin.

MATARAM – Warga NTB kini bisa bernafas lega. Pasalnya, hasil pemeriksaan pasien yang merupakan warga negara China yang sebelumnya dirawat di ruang isolasi RSUP NTB. Ternyata dari sampel darahnya tidak mengarah ke virus corona, pasien itu hanya mengarah ke bakteri.

Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak RSUP NTB, dr Sang Ayu K Indriyani menyampaikan, anak inisial WX jenis kelamin perempuan itu berusia 1,5 tahun saat datang ke rumah sakit dengan keadaan demam tinggi mencapai 38,3 derajat celcisu, termasuk disertai batuk dan serak sehingga sulit makan karena saat menelan makana terasa sakit. Dokter juga menjelaskan, anak-anak berusia seperti itu, biasanya membutuhkan asupan makan sehingga perlu dilakukan perawatan dan pengawasn lebih lanjut. Selain untuk mengetahui penyebab dari gejala yang dirasakan.

Selain demam dan batuk tenggorakan sang bayi ini memerah kemudian nafas agak cepat dikarenakan deman bahkan pernah mengalami demam sampai 38,9 derajat celisius. Berdasarakan hasil pemeriksaan itu dilakukan penelusuran, pemeriksaan lanjutan dilengkapi dengan pemeriksaan darah dan pemeriksaan ronsen thorax atau foto dada, hasilnya ditemukan ada gambar radang paru tapi ringan.

 “Dan pemeriksaaan laboratorium sampai saat ini marker (penanda) infeksi dari darah tidak mengrah ke arah Corona,” jelasnya saat jumpa pers, kemarin.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTB, Nurhandini Eka Dewi mengatakan ada tiga aspek yang dilakukan pemeriksaan yaitu, swab hidung, serum darah dan dari dahak. Yang disampaikan oleh Indrayani yang arahnya ke bakteri itu dari hasil pemeriksaan darah saja. Untuk membuktikan apakah pasien itu terjangkit virus corona atau tidak dengan menunggu hasil pemeriksaan tiga komponen itu ke Balitbangkes di Jakarta.

“Kita tunggu dua hari,” kata Eka terpisah.

Eka mengimbau masyarakat tidak perlu terlalu panik. Penyebaran satu virus atau virus apapun diakui sangat cepat tetapi perlu memperhatikan cara pencegahannya misalnya dengan memperhatikan etika batuk. Yang sering batuk disarankan memakai masker atau jika tidak dengan memakai tisu yag ditempel menutupi mulut saat batuk lalu dilipat jika tisu juga tidak ada sebaiknya batuk dibawah ketika lengan kanan sehingga virus tidak menyebar.

Eka juga menjelaskan, dampak Corona pada manusia itu dari 30 sampai 40 persen, polio, rubela dan cacar patalitasnya 30 persen. Diantara saudara Corona Virus itu Patalitasnya bagi kehidupan 9- 16 persen, MERS Corona virus 30 sampai – 40 persen, Novel Corona virus sampai saat ini 4 persen.

“Kita provinsi beruntungan bersama Bangka Belitung mendapatkan imunisasi Pnemonia (penangkal bakteri),” beber Eka.

Direktur RSUP NTB, L Hamzi Fikri menjelaskan riwayat perjalanan pasien Wx dimana 16 Januari 2020 pasien terbang dari Unmi China ke Kualalumpur, 17 Januari terbang dari Kualalumpur ke Bali, 21 Januari naik fast boat dari Bali ke Lombok dan meniginap di Senggigi. Pasien mengeluh panas, tidak mau makan dan sakit tenggoroak seperti penyampaian orang tuanya pada 26 Januari.

 Sesusai prosedur dengan gejala yang ditemukan dari screening awal dilakukan emergening deases, sehingg diputuskan dirawat di ruang isolasi itu degan berbagai pertimbangan dokter. “Kenapa di ruang isolasi, karean WNA China, ada gejalan panas batuk dan serak,” katanya.(jho/r1)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *