BUYUNG/RADARMANDALIKA Dede Suryana

Sejak Kecil Sudah Suka Berselancar, 2003 Sudah Ikuti Kejuaran

Menekuni olah raga surfing, membawa Dede Suryana bisa keliling dunia. Seperti apa, berikut wawancara eksklusif wartawan Radar Mandalika dengan atlet nasioanl tersebut.

BUYUNG-LOMBOK TENGAH

AGENDA Press Cpnference MHA OPEN 2020 Surfing Competition di salah satu aula Kampus Poltekpar Lombok, Sabtu kemarin. Menyempatkan diri Radar Mandalika wawancara khusus dengan sang atlet nasional, Dede Suryana.

Atlet surfing nasional bernama Dede Suryana ini mengatakan, telah menggeluti olahraga surfing tersebut sudah sejak masih kecil. Faktor lingkungan menjadi alasan dia menyukai olahraga yang sangat menantang adrenalin tersebut. Dia sendiri mulai mengikuti kejuaraan daerah dan nasional sejak tahun 2003 silam.

 Pada tahun 2010, Dede sudah fokus berkembang mengikuti seri kejuaraan dunia, dan ia juga beberapa kali merasakan juara I dan II. Saat memasuki tahun 2013, dirinya juga mulai mengikuti event kejuaraan di Asia dan pada tahun 2014 dan 2016 dirinya mendapat juara umum di level kejuaraan Asia.

Dede mengatakan, suatu kebanggaan untuk dirinya dapat mengikuti seri kejuaraan dunia. Pasalnya, untuk olahraga surfing sendiri menurutnya belum terlalu digemari di Indonesia, namun dengan keseriusan dan semangat yang tinggi Dede sendiri membuktikan dengan olah raga ini dapat membawa nama baik bangsa dan negara.

 “Gara-gara surfing ini saya bisa lihat dunia luar, keliling dunia beberapa kali dan membawa nama Indonesia,” ungkapnya.

Dede menceritakan, saat mengunjungi beberapa negara di dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang diakui sebagai surga untuk dunia peselancar. “Ini bukan saya yang bicara loh, di Brazil sendiri kalau ada kompetisi juaranya dikirim ke Indonesia sebagai hadiahnya. Dan banyak peselancar mengakui tanah air kita ini adalah kiblat untuk berselancar,” katanya.

“Bahkan untuk anak kecil di negara luar sangat mendambakan untuk bisa mencicipi surfing di Indonesia,” tambahnya.

Menurutnya, selain ombak di Indonesia banyak memiliki daya tarik dengan karakteristik pantainya. Untuk lombok sendiri memiliki desert poin sendiri, oleh karena itu pemerintah juga harus memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan daya tarik peselancar luar agar kebelet untuk bermain surfing di Lombok.

 “Pantai di Loteng sebenarnya sudah lama saya ingin cicipi, dulunya cuma lewat doang, tapi besok saya akan coba di Pantai Seger di Kuta. Dan kesana pertama lihat pantainya luar biasa indah,” sanjungnya.

Selain fasilitas yang sudah cukup memadai, Dede juga menyebut ombak kiri dan kanan sudah seimbang. Namun, karena lokasi pantai tidak ada penginapan maka ia harus berjalan kaki atau berkendara lagi ke lokasi pantai yang sangat nyaman karena masih sepi tersebut.

Ia menyebut, untuk wisata di Lombok Tengah sendiri ia akan melihat kedepan akan melejit. Selain ada Sirkuit motoGP, tempat surfing untuk wisatawan juga sudah ada. “Wisatawan luar rata-rata menyukai surfing. Lombok ini kan nga jauh dari Bali, tentunya daerah ini akan menjadi destinasi pilihan setelah mengunjungi Bali,” tuturnya.

“Lombok sangat memiliki peluang, Bali itu kalau di ibaratkan oleh peselancar udah kayak Jakarta. Kita surfing di sana sudah ramai dan kami kurang suka tempat ramai,” tambahnya.

Untuk meningkatkan ekonomi daerah, Dede berharap pemda dan masyarakat dapat memberikan pelayanan maksimal untuk pengunjung. Selain itu, dia juga memberikan saran agar masyarakat selalu menjaga lokasi wisata agar tetap natural.

“Orang luar ngak doyan liat tempat yang di otak-atik, kalau berbicara visual kemanjuan wisata mereka lebih maju dari kita. Tugas pemerintah dan masyarakat cuma menjaga dan rawat wisata di sini agar tetap terlihat alami,” pesannya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *