MATARAM – Sejumlah Tunawisma turut disensus oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram. Yaitu, mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Atau dengan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, emperan toko, pinggir jalan, dan di area publik lainnya.
“Tadi malam (15/9), Alhamdulillah sudah kita data semua,” kata Kepala BPS Kota Mataram, Isa, kemarin (16/9).
Dalam waktu bersamaan, ujar dia, petugas sensus juga sudah mendata sejumlah pengemis, preman, pengamen, dan lain sebagainya. “Sensus penduduk 2020 inikan mendata seluruh penduduk. Baik yang bertempat tinggal maupun yang tidak punya tempat tinggal,” jelas Isa.
Petugas sensus menyasar beberapa lokasi di wilayah Kota Mataram. Yang diperkirakan banyak dijumpai para tunawisma. Alhasil, petugas sensus menemukan ada warga yang sedang tidur di kolong jembatan, di emperan toko, pasar tradisional, dan di fasilitas umum lainnya.
”Kita data pada saat seketemunya. Tidak harus warga kota. Jadi, seluruh warga atau masyarakat yang memang kita jumpai pada saat itu,” kata Isa.
Petugas sensus berhasil mendata empat orang di Ampenan, satu keluarga ditemukan tidur di emperan toko di Gomong. Kemudian di Pasar Panglima ada empat orang, di Pasar Sindu ada satu orang, dan ada juga di Bertais.
Dari jumlah itu, ternyata petugas sensus tidak hanya menemukan atau mendata warga Kota Mataram. Melainkan ada juga warga dari luar kota. Isa menyebutkan, ada satu keluarga (suami, istri dan anak) dari Kota Mataram. Dan, selebihnya warga berasal dari luar Kota Mataram.
“Seperti di Mandalika ada kita jumpai ada warga Kalimantan Barat. Kemudian warga Lombok Tengah. Ada warga Lombok Timur. Bahkan, ada dari pulau seberang,” beber dia.
Bahkan, petugas lebih banyak menemukan tunawisma berasal dari warga luar Kota Mataram. “Yang betul-betul dari Kota Mataram ada sekitar tujuh orang. Sisanya dari luar kota,” sebut Isa.
Menurut dia, tunawisma memiliki berbagai macam alasan hingga memilih tidur di emperan toko dan di tempat lainnya. Antara lain, lantaran alasan tidak punya tempat tinggal, dan mencari nafkah di ibu kota Provinsi NTB. Seperti, petugas menemukan beberapa pemulung barang-barang bekas.
“Mereka sebetulnya punya tempat tinggal di luar Mataram. Mereka sebulan sekali atau dua minggu sekali, mereka pulang membawa hasil untuk keluarganya mereka,” cetus Isa.
Petugas sensus BPS Kota Mataram terjun melakukan pendataan bersama pihak Dinas Sosial Kota Mataram dan Polri. Sebenarnya, kata Isa, ada beberapa tunawisma yang sudah difasilitasi tempat tinggal di rumah susun di Kota Mataram. Namun, dengan berbagai alasan hingga mereka lebih memilih bertahan hidup di pinggiran.
“Mungkin karena habitat mereka di jalanan, akhirnya mereka tidak tempati (rumah susun). Sehingga, tim dari Dinas Sosial sampai hapal betul ini (warga) yang sudah dirazia. Tetapi muncul-muncul. Sudah berkali-kali di tempatkan di rumah susun, tapi keluar lagi,” cetus Isa.
Dia menambahkan, untuk sensus penduduk 2020 mulai sejak 1-15 September ini, BPS Kota Mataram sudah mendata 90 persen lebih penduduk di lapangan. “Tapi untuk laporan secara teknis dan beberapa yang perlu kita konfirmasi kembali (ke penduduk), itu sisanya,” ujar Isa. (zak)