DOK/RADAR MANDALIKA MASALAH: Ini tumpukan sampah di TPA Pengengat, Kecamatan Pujut.

 

PRAYA – Sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Desa Pengengat, Kecamatan Pujut mencapai 50 ton setiap harinya. Pengurangan sampah untuk mengatasi masalah samlah perlu difikirkan serius.

 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Loteng, Supardiono menyampaikan, sampah yang terbuang ke TPA rata-rata 50 ton per hari. Bukan hanya volume sampah yang berasal dari kota Praya saja. “Sekarang kan beberapa desa juga ke sana (TPA),” katanya pada Radar Mandalika, kemarin.

 

Dikatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (Dirjen PSLB3) terkait bagaimana langkah mengatasi persoalan sampah. Jangan sampai penanganan sampah hanya dengan sistem konvensional, yaitu angkut buang-angkut buang.

 

Penanganan sampah dengan sistem konvensional belum mampu mengatasi persoalan masalah sampah di Loteng. Sementara, pemenuhan TPA Desa Pengengat ditarget 8 tahun. “Udah beberapa tahun, TPA sudah lumayan penuh,” katanya.

 

Karena itu, pihaknya sedang mengupayakan pengurangan sampah terbuang ke TPA. “Itu yang lagi kita coba pendekatan ke pusat, bagaimana supaya nanti pengurangan (sampah) ini yang kita perlukan. Pengurangan sampah ini yang kita perlukan,” ungkap Supardiono.

 

Menurutnya, sistem konvensional bukan solusi dalam mengatasi persoalan masalah sampah. Penanganan sampah harus dimulai dari hulu. Artinya, salah satunya dengan langkah pengurangan sampah mulai dari rumah tangga. Hal ini untuk mengurangi volume sampah yang terbuang ke TPA.

 

“Setahun dua tahun sudah penuh (TPA),” cetus Supardiono.

 

Penanganan sampah bukan perkara mudah. Perlu partisipasi dan perak aktif dari warga masyarakat. “Di tingkat rumah tangga kita masing-masing bagaimana kita mengurangi sampah,” harapnya.

 

Ke depan, kata dia, sebelum sampah terbuang ke TPA, pihaknya akan memberdayakan masyarakat. Untuk itu, penting adanya Kelompok Masyarakat Peduli Sampah (KMPS) di desa dan kelurahan. “Bahkan rencana ke depan bagaimana KMPS bisa membentuk bank sampah,” ungkapnya.

 

Supardiono mengatakan, ada beberapa masyarakat atau kelompok masyarakat yang sudah memiliki kepedulian dalam mengolah limbah atau sampah rumah tangga. Yakni mengolah sisa-sisa makanan rumah tangga. “Di Sengkol sudah ada terbentuk kelompok maggot. Dibeberapa desa juga sudah mulai mau dites,” ungkapnya.

 

Menurutnya, budidaya maggot menjadi sangat penting. Sebab, pemanfaatan hasil sampah rumah tangga juga bisa sebagai sumber makanan maggot. “Ini bisa mengurangi timbunan sampah kita. Kalau gak kita dari sekarang berbuat seperti itu, susah nanti ke depan,” jelas Supardiono.

 

“Makanya itu yang kita lakukan melalui pendekatan Dirjen PSLB3, bagaimana supaya nanti ke depan kita diberikan arahan petunjuk,” katanya lagi.

 

Pengurangan sampah bisa menjadi solusi atas masalah sampah yang tengah dihadapi Pemkot Loteng. Untuk itu, Dinas LH juga akan memberi edukasi terutama di sekolah-sekolah. “Karena ini sudah masalah nasional. Sampah ini bukan Lombok Tengah saja,” tandasnya. (zak)

 

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *