PRAYA – Proyek pengerukan Bendungan Batujai, Kecamatan Praya Barat mengedepankan pendekatan kepada masyarakat.
Koordinator fasilitator yang menangani CP Bendungan Batujai yang membidangi sumber daya perairan, Sitti Hilyana mengatakan, kegiatan proyek sidimentasi menggunakan dua metode pendekatan yakni. Hardtructure dan Softructure. Dalam ranah Hardtructure yakni pendekatan pengerjaan fisik menggunakan alat berat. Dan kemudian Softructure menggunakan pendekatan masyarakat dimana mengedepankan pemberdayaan dan pelibatan masyarakat sekitar.
“Masyarakat kenapa penting mengingat sedimentasi yang drastis berkurang merupakan diakibatkan bukan semata-mata dari alam semata, namun yang besar yakni dari kebiasaan membuang sampah ke aliran sungai,” katanya, kemarin.
Dia menambahkan, bahwa berbagai limbah yang di buang baik dari sisa kotoran hewan, sampah organik, non organik bahkan sampah berbahaya beracun juga merupakan hal yang menjadi faktor utama timbulnya maslah sidimentasi yang terus berkurang, baik pendangkalan sungai dan munculnya belum di permukaan air yang semakin mengurangi daya tampung waduk.
“Prilaku ini juga berpengaruh pada kualitas air,” bebernya.
Adanya masyarakat sekitar 712 Kepala Keluarga (KK) yang menggantungkan hidupnya di waduk juga menjadi pertimbangan penting bagaimana terus menerus baik melalui kelompok-kelompok masyarakat, tokoh, dan juga program pembinaan secara langsung baik melalui program pembinaan maupun edukasi pencerdasan masyarakat supaya sama-sama menjaga alam dan menggeser kebiasaan yang tidak tepat.
Sehingga kedepan dengan penataan waduk yang lestari akan memberikan multi palyer effek bagi masyarakat sekitar, dimana alam yang terjaga dan bersih kemudian dapat dijadikan destinasi wisata dan menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar areal waduk Bendungan Batujai.
Ditambahkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Tengah, Kamrin mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan BWS dalam pengerukan dan mengembalikan daya tampung waduk. Namun pihaknya menganggap adanya pembatasan pengelolaan waduk baik oleh petani kangkung di sekitar pinggir waduk maupun keramba ikan yang diklaim pihak BWS, sebagai salah satu menjadi pendangkalan sungai sangat tidak logis.
“Masyarakat sekitar waduk mata pencarian yang lewat sungai kemudian tidak bisa dilarang begitu saja,” katanya.
” Maka kemudian BWS harus mampu menghadirkan jalan tengah,” tambah dia.(tim)