HIMMATUL FAJRI FOR RADAR MANDALIKA CEGAH STUNTING: Sejumlah petugas saat menimbang berat badan anak dengan menggunakan dacin timbang dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Aikmual, Kecamatan Praya, belum lama ini.

PRAYA – Kasus stunting atau gangguan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Aikmual, Kecamatan Praya, Lombok Tengah masih terbilang tinggi. Di tahun 2021, tercatat ada sekitar 159 orang anak di enam desa yang mengalami stunting. Yakni di Desa Bunut Baok, Jago, Aikmual, Montong Terep, Mertak Tombok, dan Desa Mekar Damai.
Berdasarkan data Puskesmas Aikmual, anak yang penderita stunting di wilayah kerja puskesmas mencapai 159 orang. Itu berdasarkan tinggi badan. Masing-masing di Desa Bunut Baok mencapai 45 orang, dengan rincian sangat pendek ada 27 orang dan pendek 18 orang. Desa Jago ada sebanyak 10 orang, dengan rincian sangat pendek ada 17 orang dan pendek 3 orang. Desa Aikmual mencapai 32 orang, dengan rincian sangat pendek ada 22 orang dan pendek 10 orang.
Selanjutnya di Desa Montong Terep ada sebanyak 14 orang, dengan rincian sangat pendek ada 9 orang dan pendek 5 orang. Di Desa Mertak Tombok mencapai 29 orang, dengan rincian sangat pendek ada 10 orang dan pendek 19 orang. Sedangkan, di Desa Mekar Dami sebanyak 19 orang, dengan rincian sangat pendek ada 9 orang dan pendek 10 orang.
“Kita dapatkan data itu dari data penimbangan tiap bulan di semua posyandu,” kata Koordinator Gizi di Puskesmas Aikmual, Himmatul Fajri kepada Radar Mandalika, belum lama ini.
Dia menjelaskan, tinggi badan sangat pendek dan pendek itu masuk dalam kategori stunting. Atau mengalami gizi kurang dan sangat kurang jika dilihat dari berat badan. Pihaknya menggunakan standar deviasi (SD) untuk melihat tingkat keparahan. Kalau berada di –2 SD artinya pendek, dan –3 SD artinya sangat pendek. “Rata-rata umur 2 tahun ke atas yang kenak stunting,” ungkap Himmatul.
Dia mengatakan, banyak faktor penyebab stunting. Karena pola asuh anak, pola konsumsi, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pernikahan dini, tingkat pengetahuan orang tua hingga lingkungan yang kurang maksimal. Intervensi untuk penanganan stunting harus melibatkan banyak stakeholder.
“Terkait sanitasi misal penyediaan jambannya. Kemudian pemicuan sanitasi kota berbasis masyarakat seperti apa, itu lintas sektor. Karena dalam menangani stunting kita gak bisa sendiri. Harus melibatkan semua lintas sektor,” kata Himmatul.
Dalam penanganan stunting. Pihaknya mengintervensi ibu hamil yang mengalami kurang energi kronik (KEK) dengan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk pemulihan. Dan, PMT bagi balita yang penderita gizi kurang. Kemudian pemberian tablet tambah darah bagi remaja. “Kita juga berikan penyuluhan-penyuluhan, eduksi-edukasi, dan konseling,” tambah Himmatul.
Kurangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) para kader posyandu dan alat timbang dan ukur itu berpengaruh dalam upaya penanganan stunting. “Alat kalau ndak tepat berpengaruh. Tingkat pengetahuan dan keterampilan kader juga kalau tidak bagus itu berpengaruh sama data yang dihasilkan,” kata Himmatul.
“Kami minta bagaimana penggunaan dana desa yang maksimal dalam pencegahan stunting. Termasuk peningkatan SDM, pelatihan kadernya. Terus penyediaan alat yang standar biar data-data yang kita dapatkan akurat,” ungkapnya.
Dalam kegiatan posyandu, ujarnya, untuk mengukur berat dan tinggi badan, para kader rata-rata masih menggunakan alat manual. Termasuk alat timbang rata-rata masih menggunakan dacin timbang di 75 posyandu yang tersebar di 88 dusun dari enam desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Aikmual.
“Untuk pengukuran tinggi badan menggunakan tingkat pertumbuhan. Cuman sayangnya, di lapangan menggunakan material pakai alat kayak kain sepanduk untuk mengukur tinggi badan anak di bawah umur 2 tahun,” ungkapnya.
“Kalau itu terlalu sering dipakai nanti mengkerut. Karena anak-anak kalau diukur kan dia ngamuk-ngamuk terkadang ada terjadi lipatan di belakang. Kalau tidak jeli dilihat sama kadernya atau petugas bisa jadi tidak akurat. Harusnya dia tingginya mungkin lebih tapi karena mengkerut berkurang jadinya,” tambah Himmatul.
Dikatakan, pihaknya sudah mendorong desa untuk menggunakan alat standar dalam kegiatan posyandu. Sehingga pihak desa diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk pengadaan alat tersebut. “Itu desa yang menyediakan alatnya. Sebenarnya tingkat pertumbuhan (anak) itu bagus, cuma mungkin alat yang dipakai itu,” katanya.
“Kalau kami namanya Lembot diberikan sama Dinas Desehatan. Kalau kami bawa ke semua posyandu ndk cukup. Kami punya dua. Sementara, satu hari posyandu terkadang dua posyandu. Sehingga modelnya giliran,” tambah Himmatul.
Dalam memaksimalkan upaya pecegahan dan penanganan stunting. Pihak puskesmas juga mendorong revitalisasi posyandu konvensional menjadi Posyandu Keluarga dari 75 posyandu di 88 dusun dari enam desa. Posyandu Keluarga ini merupakan program Pemrov NTB. “Baru 18 Posyandu Keluarga,” tutur Himmatul.
Di 2021, semua posyandu konvensional diusahakan semuanya menjadi Posyandu Keluarga. Terkait itu, sudah dibicarakan dengan semua desa. “Ada desa yang sudah sanggup memang membentuk semua Posyandu Keluarga,” ujar Himmatul.
Dijelaskan, pelayanan dalam posyandu konvensional hanya terbatas pada ibu hamil dan balita. Sedangkan, dalam pelayanan Posyandu Keluarga menyasar kelompok remaja, ibu hamil, bayi-balita hingga warga lanjut usia (lansia). “Petugas yang turun juga semua lintas program. Kader dalam Posyandu Keluarga juga ditambah setidaknya delapan orang karena sasaran bertambah. Kalau posyandu konvensional kan saat ini hanya lima kader,” terang Himmatul.
Dalam rangka pencegahan kasus stunting. Kata Himmatul, kelompok remaja termasuk salah satu sasaran prioritas dalam kegiatan Posyandu Keluarga. “Karena remaja ini menjadi calon ibu. Jadi, masa remaja itu benar-benar kita intervensi. Misalnya, jangan sampai remaja itu kena anemi yang kurang energi kronik (KEK). Sehingga, nanti sudah waktunya untuk menikah, menjadi calon ibu, sudah siap secara fisik, emosi, dan sehat,” kata Himmatul. (zak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *